Wednesday 30 May 2012

SymboLogis



Teori konspirasi selalu seru untuk diperbincangkan dari sekedar gossip murahan seharga kopi cap Oplet gopean. Sebenernya cuma beda istilah mungkin, gossip untuk kaum selebritas dan kospirasi untuk kaum birokrat dan rumpi untuk ibu-ibu arisan di tukang sayurnya mang Acan.
Teori konspirasi erat ikatannya dengan symbology sebagai isyarat. Entah itu berupa bendera, logo perusahaan, emblem institusi hingga arsitektur bangunan.
Seberapa besar pengaruh symbol untuk peradaban?
Mungkin sebagian orang menganggap syimbol hanya seperti sebuah nama, apalah artinya? Jika nama adalah do’a, harapan dan identitas diri. Maka symbol adalah rangkuman visi, misi indikasi isme yang diusungnya.

Seperti symbol bulan bintang yang menjadi logo religiusitas bagi ummat muslim sehingga menghias dari puncak masjid di manpun diseluruh dunia hingga bendera Negara. Yang bahkan bukan di dapat dari Nabi umat Muslim sendiri. Tapi menjadi identitas universal dalam dunia grafis. Bulan bintang adalah muslim, begitu kira-kira terjemahnya. Sebuah “budaya” yang tercetak semenjak masa Turki Ustmani. Garis kekuasan terakhir umat Islam.
Ada juga satu symbol yang rupanya milik banyak paham, bermacam bangsa dan lintas agama. Swatika. Logo yang saya ingat awalnya malah dari filem Kera Sakti saat dihukum oleh Budha, tapi kemudian lebih populer sebagai lambang partai fasis Jerman sebagai perwakilan dari superioritas bangsa Arya.. Nazi.
Seperti obelisk untuk setiap depan halaman gedung penguasa. Obelisk adalah syimbol pemujaan kepada iblis atau dewa matahari mesir kuno. Obelisk di depan gedung Vatikan adalah syimbol penguasaan iblis atas agama, di depan gedung Putih syimbol penguasaan iblis atas tatanan Negara, seperti syimbol obelisk Monas di depan Istana Negara. Anehnya, dengan perbedaan budaya tiap Negara namun memiliki symbologi yang sama terhadap penggunaan obelisk sebagai “hiasan”. Konon bahwa obelisk adalah tanda sejauh mana Iluminati berkuasa.

Nah, berawal dari ketertarikan saya terhadap symbol-symbol konspirasi kaum Iluminati terhadap rancangan New World Order-nya itu, maka dulu banyak saya cari referensi semua hal tentang Iluminati. Mulai dari video-vidionya tim yang menamakan dirinya The Arival, buku-bukunya Z.A. Maulani, Hery Nurdi bahkan samapai Novelnya Dan Brown yang kontroversi. Walau akhirnya yang saya ingat malah teori fiksinya Robert Langdon ketimbang fakta ilmiah dan data hipotesis para ahli. Yah saya tau, saya memang tipe penghayal.
Dari waktu ke waktu semua hal tentang kaum Iluminti ini semakin menarik. Membaca tentangnya bikin kita terperangah. Yah, ini seperti tindakan PDKT sih alih-alih penyelidikan yang komperhensif. Gak tau ngajak tunangannya kapan. Hadew…

Sebab kemudian entah kebetulan atau memang by design, nyaris semua produk rumahan bahkan, yang kita pakai sehari-hari serat padat dan berurat akan syimbologi kaum Iluminaty ini. Sebuah kaum yang menasbihkan dirinya sebagai Official resmi penyambutan Dajjal.

  Sebelum kita ngobrol secara sepihak lebih jauh dan satu arah seperti ini, mari kita samakan dulu persepsi kita dengan rumusan Freemason=Zionis=Illuminati=Merovingian=Lucifer itu sama saja. Mereka saling melangkapi, saling mengerti, satu hati dan saling mencintai.
Btw, apa ada yang merasa galau-galau gimana gitu, seolah ada pesan cinta terselubung gitu. Kerasa gak sih? Kerasa dong ya, iya dong.. Penting loh.. Soalnya kita akan melihat bagaimana obsesi kompulsif terhadap konspirasi itu sebanding lurus dengan over feeling (baca: GR) saat orang jatuh cinta. Apa-apa yang dilakukan oleh si objek akan seslalu punya arti dan isyarat untuk kita. Walau sebenarnya si objek sendiri gak ngerti apa yang dia lakukan.
Misalkan, Obsesi terhadap syimbol konspirasi terhadap Iluminati akan menghasilkan :

Membaca sesuatu?
Menjadi ini :
Komentar aye : "maksa"
Bagaimana dengan ini:
Lambang bukit Zion?

Inget dengan ini dong yg sempet beberapa waktu lalu agak "rame" dengan klik My Computer, Drive C, Prgram files, Microsoft Office, Media, cagcat10 dan bla bla bla.


Belum lagi ini :
   

 Bahkan anak yatim dari negri sebrangpun kena :


Terakhir nih gan, gambar penutup yang bikin ane bertanya-tanya? Ini symbol by design atau memang efek samping dari symbol-symbol disekitar kita yang sudah nge-brain wash kita sedemikian rupa???

Birunya itu loh "dalem"

sama dengan (?) : 

Logo Mata Satu: Zionis

My expression...

Selanjutnya>> »»  

Kenapa Mereka Harus Musnah Dari Muka Bumi

 Twitter jelas berbeda dengan Facebook. Karenanya saya buat akun dikeduanya. Begitu juga dengan Blogspot dan Yahoo, karenanya saya tidak berminat dengan Wordpress dan Tumblr yang bagi saya keduanya cuma prototype bloging yang belum sebaik Blogspot.  Dan jika saya punya akun G Mail-pun itu karena memang ada beberapa hal yang harus mendaftar menggunakan akun itu. Masih mending ketimbang Google + yang “kecelakaan” dan Kompasiana yang iseng-iseng.
Hikmahnya adalah, dunia tidak lagi saya lihat hanya dari tempat saya tinggal. Di Facebook saya bisa melihat perkembangan pergalauan. Di twitter saya menyakisikan perkembangan pergaulan. Di blog saya bisa pamer kegalauan. Di forum-forum saya bisa nebeng kegaulan. Dan dari sana ada hal-hal yang menarik untuk di cermati. Seperti yang terjadi sewaktu Irsyad Manji ramai jadi kasus.
Ini di twitter, antara beberapa aktifis #IndonesiaTanpaJIL dan beberpa ustadz. Salah satunya Ust. Salim A. Fillah.
Berhubung Irsyad Manji membawa-bawa nama Islam dan Alqur’an sebagai pembenaran dari  penyakit orientasi sexualnya yang coba ditularkan lewat bukunya itu dan JIL adalah FPInya (Front Pembela Irsyad Manji) maka Ulil sebagai biang banyak diajak diskusi mengenai perhomoan di zaman Nabi Luth. Lewat twitter. Tangkap-tangkapan pertanyaan dan lempar-lemparan jawabanpun tak bisa dihindarkan saudara-saudara. Di twitter.
Salah satunya yang menarik adalah ketika membahas tentang kaum Nabi Luth yang diazab itu. Kita sepakat bahwa itu akibat dari prilaku per-homo-an mereka seperti yang jelas terdapat dalam surat Al Naml  ayat 54 sampai 55.  Ulil berpendapat lain (seperti biasa) bahwa akibat mereka diazab bukan karena prilaku Homonya, tapi karena sikap kaumnya yang hendak mengusir Nabi Luth dan melecehkan malaikat yang datang waktu itu. Dan dengan eleganya dia pamerkan potongan ayat selanjutnya, yakni ayat  56 dari surat An Naml tadi. "Maka tidak lain jawaban kaumnya melainkan mengatakan: 'Usirlah Luth beserta keluarganya dari negerimu; kerana sesungguhnya mereka itu orang-orang yang (mendakwahkan dirinya) bersih.”
Ketika diberikan keterangan tafsirnya yang shahih, si Ulil (seperti biasa) menganggap bahwa tafsir itu tidak falid, karena toh dari manusia yang tidak ma’shum. Dan karena ajaran JIL mendakwahkan tafsiran relative, nisbi dan hak progratif perorangan serta kasuistik, maka seenak udelnya perut udang juga mereka bisa suka-suka menggunakan dalil yang sesuai hawa nafsunya. Dan sah.
Ada yang nyeletuk, “kalau kuntilanak di bacain ayat langsung ngacir, kalau JIL di kasih ayat langsung dipelintir.”
Akhirnya bahkan dalam diskusi tebuka itu banyak juga yang “ya sudahlah.. Lana ‘amaluna walakum ‘amalukum,.” Atau “Saksikanlah, bahwa kami telah menyampaikan.”
Walau begitu, masih banyak juga yang masih adu argumentasi dan ngotot. Sampai-sampai membuat manusia bernama Ulil yang bisanya tenang memprovokasipun sampai bercuap: “Susah-susah amat sih, kalo emang Homo itu dosa, kenapa gak diazab aja sekarang.”
*melongo tingkat dewa..*
Ajib banget ini orang. Persis seperti mereka yang diabadikan dalam Al Qur’an perkataanya tapi dibinasakan keberadaanya: "Datangkanlah kepada kami azab Allah, jika kamu termasuk orang- arang yang benar." (QS. al-'Ankabut: 29). Na’uzubillah minzalik…
Mereka sudah mengakarkan dalam diotak dan hati mereka bahwa kaum Homo juga sudah menjadi kehendak Allah dari lahir.
“Takdir. Jadi kita tidak punya hak untuk mengubah takdir Allah tersebut. Buktinya, hasrat mereka sebenarnya menolak, tapi mereka tidak bisa nyatanya.” Dan tak lupa mereka mencomot sepotong ayat untuk jadi dalil: “Diantara tanda-tanda keagungan Allah, ialah Dia ciptakan bagimu, dari jenis-jenismu sendiri, pasangan-pasangannya. Supaya kamu hidup tentram bersamanya, dan Allah jadikan bagimu cinta dan kasih sayang. Sesungguhnya dalam hal itu ada tanda-tanda bagi orang-orang yang mau berfikir”. [QS 30 : 21]
Bro.. itu ayat biasanya ada di balik undangan nikahan loh… Lengkap sudah, mereka pun akhirnya GR dengan ayat tersebut dan menasbihkan diri sebagai orang-orang yang doyan berfikir.
Jika ayat tidak mempan, bagaimana kita ikuti metode mereka yang sok logis dan cerdas itu. Bagaimana pandangan kaum logikawan yang kali ini di wakili oleh atheis mengenai dunia perhomoan. Apa pendapat mereka?
Saya cari-cari di forum yang mengkapayekan pro atheis under ground, karena selama masih warga Negara Indonesia, paling tidak mereka masih menunjukan di KTPnya bahwa kolom agama masih diisi. Nah, salah satunya yang ada di note sebelumnya tentang 10Alasan Untuk Melarang Pernikahan Gay Ala Atheisme yang alih-alih mendukung pelarangan gay malah mengkritisi alasan pelarangan tersebut dengan sindiran sarkastik. Anehnya sih rata-rata yang saya tag gak ada yang mau komentar atau paling tidak kata “tidak” lah. Entah setuju atau sebenarnya ingin menyaggah cuma gak tau apa yang disanggah. Ya sudahlah…
Kaum atheis menyadarkan keyakinan mereka pada teori evolusi yang (sok) logis.
Menurut mereka : bahwa Homoseks termasuk dalam proses evolusi gen dalam kehidupan itu sendiri. Penyebab gen homo adalah defect dari pengontrolan populasi. Karena adanya  cewek hiper  (penghasil anak banyak / fertilitas tinggi) sehingga bisa terciptanya kondisi meledaknya populasi, maka untuk menyeimbanginya munculah homoseks, untuk menekan perkembangan populasi menjadi besar.
Sebenarnya entah itu defect atau malah memang mekanisme yang harus ada di kehidupan ini untuk pengontrolan populasi atau bukan, tetap saja dinilai dari segi evolusinya yang sebagai mekanisme alam untuk penyeimbang maka kaum homo ini nihil dalam meberikan dampak positif untuk ke depan. Hanya sebatas pada tingkat supaya pertumbuhan populasi tidak menjadi besar. Tapi apa teori evolusi mendukung ini secara data dan fakta?
Kasus yang paling anyar adalah analisa terhadap pertumbuhan populasi  orang jepang yang di perkirakan sekitar satu abad mendatang akan menurun menjadi sepertiga jumlahnya dari populasi yang ada sekarang. (Cek Sumber)
Apakah ini sebab orang Jepang tumbuh menjadi manusia homo dari waktu ke waktu? (majas retoris belaka.)
Menariknya bahwa kehadiran kaum homo adalah hasil dari proses evolusi untuk menyeimbangkan populasi terbantahkan dengan faktor sosial (banyak yang menunda menikah di usia produktifitas dan meningkatnya kasus aborsi), faktor ekonomi (ketidak inginan memiliki anak karena kerisis dan lambatnya petumbuhan ekonomi), dan faktor alam (banyaknya bencana alam yang sekali terjadi merenggut ribuan jiwa sekaligus dan berkurangnya usia harapan hidup manusia karena lingkungan dan kesehatan). Proses evolusi tak membutuhkan kaum homo. Titik. Jika adapun, mereka hanya terlahir tanpa bereproduksi  dan hanya untuk mati.
Jika bukan karena evolusi, lalu dari mana datangnya? Pertanyaan penting untuk menemukan akar yang harus dicabut dan dipangkas.
Sekarang dari pandangan bahwa itu defect karena ada cewe hyper maka ada homo itu malah memberikan hipotesa kuat bahwa homo terjadi karena faktor biological defect. Artinya ketika fase janin masih berada dalam rahim, terjadi ketidak seimbangan hormon atau genetik tertentu sehingga mengubah susunan kromosom yang mengakibatkan hal demikian  itu tercipta. Artinya lagi sah mengatakan bahwa homosexual terjadi karena cacat lahir jika kita menganut penelitian yang ada tentang hal ini.
Terus, apakah cacat ini permanent atau dapat disembuhkan?
Karena cacat ini adalah cacat prilaku, maka sangat plausible hal ini bisa disamakan dengan ADHD, seri penyakit mental seperti yang diderita oleh Crayon Shichan dalam tokoh fiksi, Kurt Cobain dalam tokoh selebritas atau Thomas Alfa Edison dalam tokoh sejarah.
Oleh karena itu penyakit homosexualitas lahir bisa disembuhkan.
Namun sebab ini adalah penyakit pilaku, semacam kletomania (hasrat ingin memiliki barang orang lain), maka pihak yang berwenang dalam mengatur kemasyarakatan dalam hal ini pemerintah, tidak “harus” mengakomodasi kepentingan kaum cacat prilaku ini.
Sebab kemudian masalah mendasarnya adalah prilaku homo ini dapat ditiru dan mempengaruhi. Dalam ilmu psikologipun diketahui bahwa interaksi dengan lingkungan dapat mempengaruhi perilaku seseorang. Tak heran jika kaum nabi Luth adalah masyarakat yang menganggap wajar prilaku menyimpang tersebut secara massal.
Okeh, kaum atheis menganggap kisah dalam kitab suci adalah hoax.
Ada beberapa pendapat yang menyatakan bahwa sebenarnya saat kita lahir dengan dua seks orientasi (bi-sexual) sampai ia mengalami pubertas. Lalu setelah itu, orang akan memilih seksual orientasinya sesuai dengan keinginannya.
Artinya itu sama dengan saat kita lahir kita belum mengerti bahasa atau komunikasi. Sampai kita belajar dan meniru dari lingkungan kita. Kita akan fasih berbahasa sangsekerta jika kita lahir dilingkungan Majapahit puluhan abad yang lalu. Atau kita akan fasih berbahasa Timbuktu bahkan saat kita dewasa di papua sekalipun, setelah beberapa masa kemudian karena disadari atau tidak kebutuhan akan berinteraksi dengan orang disekitar kita “memaksa” kita mengikuti prilaku dan tindakan lingkungan kita.
Oleh karena itu, perilaku homo, sangat plausible, untuk dapat menular.
Kesimpulannya, setelah mencermati bahwa prilaku gay/lesbi menurut struktur evolusi adalah diciptakan untuk mati saja dan meninjau prilaku tersebut  dapat menular sehingga bisa saja mereka menjadi “misionaris” untuk mempropagandakan gay/lesbi sebagai gaya hidup, mempengaruhi tatanan normalitas dan bisa berakibat chaos maka tindakan untuk memusnahkan kaum homo dari muka bumi sama sekali tidaklah salah.
Oleh karena itu, mengumpulkan gay, dalam satu kota, kemudian memborbadir kota tersebut dengan bom atom, sehingga menjadikan kematian mereka lebih manusiawi (cepat dan tidak menyakitkan). bukanlah hal yang tidak benar.
Dan sangat dianjurkan. :)

Selanjutnya>> »»  

Saturday 26 May 2012

Journey of Sukei: “Seri Kepenulisan.” (Bag :2)


Perum Ranca Mulya, Sumedang.
Toko sepi, seperti biasa. Kalau tidak ada tugas dari bos untuk menagih hutang ke klien biasanya aku cuma akan ngobrol ngalor ngidul tak tentu arah sampai tersesat menggosipi pejabat daerah dengan teman sekantor. Iya, kami deep collector sebuah perusahaan optik.
 Tapi waktu itu entah kenapa ada sebuah ide menulis kisah tentang seorang gadis yang jatuh cinta pada seorang pria yang menyelamatkanya dari pemerkosaan. Namun si pria menghindari si gadis setelah sadar (dan terlambat) bahwa dirinya terinfeksi HIV saat aksi penyelamatanya waktu itu meninggalkan luka akibat sabetan silet dari si pelaku. Si lelaki tak mau melukai si gadis. Ia harus mengubur cintanya hidup-hidup sebelum cintanya membunuh orang yang dicintainya. Namun si gadis terlalu dalam cintanya pada sang pria yang baginya, dan ia hanya tahu itu, bahwa ia adalah malaikat penyelamatnya. Tak cuma menyelamatkannya dari tragedi itu, tapi dari tragedi kehidupnya yang lama kelam.
Sampai derita dan doa batin si gadis menciptakan sebuah kehidupan bayangan, kehidupan de javu. Ia saksikan apa yang ingin ia ketahui tentang pria yang dicintainya dari awal perjumpaan mereka. Dengan syarat, ia tak boleh terlihat oleh dirinya sendiri di dunia nyata. Dimulai dari tragedi pemerkosaan itu, ternyata dirinya yang menjadi kehidupan bayangan itulah yang menolong dirinya sendiri dengan sengaja berteriak minta tolong padahal dirinya yang menjadi korban disekap mulutnya oleh lima preman itu. Iya, ide ini seperti di film De Javu-nya Danzel Washington atau Harry Potter and the prisoner of Azkaban.
Dari situ ia menyadari satu hal. Bahwa mencintai tak sama dengan keinginan untuk memiliki setelah banyak kejadian ia alami dan ketahui dari kehidupan bayangannya. Cintanya menjadi sederhana, ia hanya ingin menjadi orang yang hadir dan ada untuk menemani si lelaki di saat-saat akhir hidupnya. Tapi takdir harus tetap berjalan.
“Tuhan sayang Nasya dengan menjemput Nasya lebih dulu dari kehidupan agar Nasya tak perlu sedih lagi melihat kematian orang yang Nasya cintai.” Ujar sahabat si lelaki di samping jasad Nasya, yang selama ini mengetahui kisah mereka. Kisah cinta dan kematian yang membuatnya sadar untuk melepas semua ilmu hitam yang dimilikinya.
Cerita itu sampai sekarang belum rampung, binder yang aku pakai untuk menulis raib.
Pokohkidul, Wonogiri.
“Bisa pesen cerita nggak ? Tentang seorang lelaki yang dituduh sebagai teroris di sebuah angkot karena tindak tanduknya menjaga sebuah kotak yang dicurigai sebagai bom.”
Ide yang lahir dari teman saya yang memiliki teman yang terlibat aksi terorisme (bahasa UUD-nya) padahal hanya mengikuti kajian dan riyadhoh (latihan) yang berkaitan dengan ‘Idad sebagai kewajiban seorang muslim laki-laki biasanya.
“Tapi setelah diperiksa, ternyata ia hanya seorang yang memiliki tetangga sedang hajatan dan dititipi satu krat telur dari saudaranya di pasar.”
Saya pikir, di negri yang penduduknya mudah terprovokasi, menganut hukum praduga tak bersalah dan memiliki mind filter yang rendah, cerita seperti itu bisa saja terjadi. Faktanya, msyarakat kita tak mungkin mencurigai seorang berambut Mohawk  dan bercelana pensil dengan kaos bersablon A7X jika ia berhati-hati membawa sekardus telur itu. Lelaki di angkot itu berjenggot dan bercelana cingkrang. Bukan kecurigaan akibat kebetulan. Sekardus sepatu bekas terbungkus pelastik hitam yang tertinggal di sebuah halte bis di Indonesia akan mudah mengundang kepanikan warga dan sekuadron Tim GEGANA.
By the way, di sini pertama kali saya FB-an setelah lima tahun Mark Zukernberg meresmikanya.
Kalitengah, Mranggen, Demak. (Second Leg).
Separuh di sini saya habiskan dengan gila membaca, separuh lainya dengan gila menulis. Saya banyak mencerna bacaan bergizi dan membuka wawasan. Saya kagum dengan Habiburrahman El Serazy dan kepingin menjadi sepertinya yang membawa pencerahan tentang relegiusitas. Lain hari saya kagum dengan Dan Brown dan berminat menjadi sepertinya yang membawa pencerahan tentang teknik berfikir memecahkan misteri. Lain waktu saya kagum dengan Andrea Hirata dan bercita-cita menjadi sepertinya yang memberikan pencerahaan tentang dunia pendidikan dan tekhnik mempelajari sesuatu. Disaat yang lain saya kagum dengan Pramuedya Ananta Toer dengan cerita membumi dan jadulnya yang hidup dan romantis. Tapi entah kenapa saya belum kepikiran menjadi sepertinya.
Catatan : buku-buku itu saya ‘pinjam’ dari Mas saya yang saya nggak tahu dia tahu apa enggak bukunya di pinjem saya. Ingat! Kita tidak ingin membahasnya lagi.
Aplikasi FB membantu saya menyalurkan dan mempublish tulisa saya yang hasratnya sedang di bawah pengaruh kopi ABC Mocca berhadiah langsung. Saya bingung bagaimana caranya bisa ikut serta dalam organisasi atau komunitas kepenulisan biar saya bisa belajar banyak dari mereka yang ahlinya. Akhirnya, dengan putus asa, saya memdirikan KASPIA. Sendirian. Dengan dukungan teman-teman FB yang belum saya kenal dengan baik tapi begitu baiknya perhatian mereka pada saya. Terimaksih dan maafkan. Dengan sedih saya katakana, KASPIA adalah impian saya yang gagal.
Saya banyak mengikuti lomba-lomba kepenulisan yang diadakan di dunia maya. Alhamdulillah, 1 buku Antologi puisi diterbitkan oleh FLP Riau untuk sumbangsih saudara kita di Palestina, 1 buku Antologi cerpen Flash Fiction inspiratif bersama Akhi Dirman Al Amin, 1 buku antologi kisah yang tergabung dalam Charity For Indonesia yang hasilnya insya Allah 100% disalurkan untuk korban bencana di Indonesia. Dan yang terakhir 1 buku antologi puisi Al-Aqsho yang diterbikan oleh Syuban Niyabah Semarang.
Sisanya, saya nulis cerita untuk konsumsi saya sendiri pribadi.
Selanjutnya>> »»  

Friday 25 May 2012

Journey of Sukei: “Seri Kepenulisan.” (Bag :1)


Gag tau binder siapa, tapi emang mirip sama punya aye..

Muaratembesi, Sorolangun, Jambi.
“Di garis seperti ini supaya rapi”. Suara itu membuatku melengok kearah pandanganmu tertuju. Tanganmu asik menoreh garis – garis horizontal dan fertikal membentuk kotak persegi panjang hampir disetiap buku catatan bersampul coklat itu. Aku terpana. Kamu membuatnya melawan hal yang baku, meniadakan garis-garis semu dari pabrik buku tulis Sinar Dunia yang aku yakin itu dibuat dengan mendatangkan ahli desain lulusan terbaik negri ini. Kamu masih sibuk menggaris-garis halaman-halaman dari buku-buku yang lain sementara aku kambali terpekur pada cerita pendekar Wiro Sableng Vol.21 diiringi alunan lagu “Sebuah Kisah Klasik Untuk Masa Depan”-nya Sheila On 7 dari tape recorder tua milik ayahmu. Sebenarnya aku tidak sedang sungguh-sungguh menikamati bacaanku, aku selalu menikmati ketika kamu memberikan hal-hal yang belum aku tahu. Hal-hal yang membuat aku menjadi tidak bosan hidup di pedalaman. Seperti bagaimana seharusnya tulisan tangan itu, katamu suatu ketika, ia harus tepat berada ditengah-tengah garis semu antara atas dan bawahnya, bagaimana tulisan itu harus rapi jali macam diketik namun memiliki ciri khas di tiap goresan hurufnya  sebagai identitas. Sampai sekarang itu masih membekas dihuruf ‘G’ tulisan tanganku.
Teringat saat aku bercerita dengan berbunga-bunga bahwa aku jatuh cinta pada teman sekelas. Kamu, dengan tetap angkuh atas pengalaman-pengalamanmu menaklukan wanita, mengajariku membuat surat cinta, surat cintaku yang pertama (dan terakhir yang terkirim ke orangnya langsung). Kamu kasih tau tentang bagaimana sebuah surat harus tersusun secara kronologis, di awali dengan salam MARISA (Manis Rindu dan Sayang), di selingi dengan bait-bait pantun 4/4, bagaimana merendahkan diri semerana-merananya sambil menuturkan selaksa kekaguman pada sang pujaan dengan tetap menjaga wibawa seorang pejantan tangguh sebagai inti, dan diakhiri dengan saran agar tidak dibuang dan disobek jika dirinya tak sudi menerima pernyataan ini, lebih baik dibakar saja. Lalu dibubuhkan serta sebuah tanda tangan dan nama lengkap dengan sebuah alamat dimana aku berada, “Villa Penatian”.
Dari barat burung pelikan
Terbang elok melayang-layang
Surat ini aku kirimkan
Teruntuk dindaku sayang (Huekzz!!)
Lalu aku belajar banyak untuk menjadi orator dari naskah tulisan sendiri, aku dapat delapan untuk ini. Tidak mengejutkan, mengingat dimata pelajaran bahasa Indonesia adalah tempat dimana nilai tertinggiku bertengger. Saat itu juga aku banyak belajar membuat puisi, bermain dengan indahnya kata-kata dalam balutan rasa. Sampai di sini aku jatuh cinta pada sastra. Tak ada motivasi lain selain bertutur dengan indah adalah warna yang berdegradasi dengan kehidupanku.
Kita punya catatan hitam di sini. ‘Meminjam’ tanpa sepengetahuan si penjaga rental buku. Sebagian dikembalikan dengan selamat, sisanya dikoleksi tanpa merasa berdosa.
Kalitengah, Mranggen, Demak.
Penyakit kleptomania-ku berlanjut. Tapi ini sebatas buku-buku ‘khusus’, semisal komik detektif Conan, detektif Kindaichi dan seri detektif lainya semacam novel Agatha Christy . Korbanya dari berbagai kalangan, mulai dari rental buku, perpustakaan sekolah sampai buku tetangga. Syukurnya penyakit ini tersembuhkan setelah sadar bahwa, gak ada ilmu yang berkah dengan mencuri. Tapi saya niatnya pinjam kok. Oke, itu lupa nggak dikembaliin. Mungkin inget, tapi gak sempet. Baik! Bisa kita berhenti membahas ini??
Namanya mas Wiji, dia buta sejak kecil akibat deman panas yang aneh hampir berbulan-bulan. Aku tidak bisa bayangkan ketika warna dunia kecilnya hilang seketika dalam gelap dan kelabu tak berkesudahan. Sebagai gantinya Tuhan memberinya pendengaran yang tajam dan feeling yang kuat. Dan dia sangat menyukai sastra.
“Bagus nggak mas?” Kataku meminta penilaiannya sesudah ku bacakan sebait pusi.
“Bagus, dia diksi dan gaya bahasanya penuh retorika.”
Aku hanya tersenyum diam.
“Itu karya siapa?”
Aku karang sebuah nama, seperti yang sudah-sudah, agar aku yakin mas menilainya dengan obyektif. Bukankah sebuah lukisan karya Van Gogh lebih punya nilai dibanding lukisan teman sekamarmu yang secara artistik memiliki goresan dan degradasi warna yang sama?  Aku tahu, saat itu kondisiku tak memungkinkan memiliki sebuah kepercayaan diri. Aku terlalu punya banyak luka hati yang mengoyak sebuah keyakinan bahwa adaku berharga.
Lama aku disini hanya menghasilkan cerita luka melulu sepenuh halaman buku isi 35 lembar. Tak ada puisi cinta, tak ada puisi cita dan tak punya kisah bahagia. Syukur buku itu raib tak tau rimbanya. Sampai suatu ketika ia muncul dan aku sudah tak di sini.
Kp. Pasirangin, Cileungsi, Bogor.
Di sini aku cuma mengulang memori masa kecil yang terlalu indah untuk dilupakan. Seolah baru kemarinm disuatu siang, ketika teman-teman lain sudah pulang kerumah masing-masing, aku dengan beberapa teman masih harus menerima pelajaran membaca dari Ibu Susi di rumahnya yang sekaligus berfungsi sebagai kelas kami. Kelas Satu MI (Madrasah Ibtidaiyyah). Tak tahulah kenapa, aku kecil sangat kesulitan mengeja dan menulis, sampai aku mengira istilah tulisan cakar ayam itu berasal dari seorang pepatah yang melihat tulisanku waktu itu. Sampai sekarang itu terbawa saat aku memijit tuts keybord dengan sebelas jari (istilah mengetik dengan satu telunjuk kanan dan satu telunjuk kiri), selalu ada yang kurang dan salah pengejaan. Ini berpengaruh buruk dalam kemampuanku berbahasa selain bahasa Indonesia. Aku cuma berharap aku bukan pengidap dyslexia.
Selanjutnya>> »»  

Bookmarks

free counters