Maaf pisan
afwan jiddan jika setelah mencerna share note ini terjadi efek samping berupa
kegundahan yang menggulana, keresahan yang menggelisah atau hanya kebetean yang
membasi..
Whatever...
Setidaknya
saya butuh semacam statment langsung atau tanggapan baik berupa persetujuan,
kebingungan sampai bantahan..
So, check
this out and be care full.. L.OL.
ALLAH ATAU
TUHAN?
Ada
“sesuatu” yang maha berkuasa di jagat raya ini. “Sesuatu” itu menciptakan dan
mengatur tatanan seisi alam semesta. “Sesuatu” itu adalah sumber kehidupan
sekaligus penentu kematian. “Sesuatu” itu tidak terlihat, tetapi keberadaannya
sangat nyata.
“Sesuatu”
itu dibahasakan oleh orang Arab sebagai “Allah”. Orang-orang yang berbahasa
Inggris mengatakannya “God”. Dalam bahasa Indonesia ia disebut “Tuhan”. Ribuan
bahasa lain di dunia ini mempunyai kosa katanya masing-masing untuk menyebut
“sesuatu” itu.
Sebutan
“Allah”, selain digunakan oleh orang Arab, juga digunakan oleh umat Islam di
berbagai negara non-Arab termasuk Indonesia.
Penyebutan
“Allah” oleh masyarakat Islam di Indonesia adalah hasil penyerapan
istilah-istilah Arab yang masuk seiring dengan datangnya ajaran Islam ke
Nusantara. Karena sebutan “Allah” itu awal datangnya melekat pada agama Islam,
selanjutnya orang-orang Islam mengidentikkan sebutan “Allah” itu dengan
identitas keislaman mereka. Nah, dari sini lah kemudian akan muncul bahaya.
Orang Arab,
apapun agamanya, menyebut “Allah” untuk memaksudkan “Tuhan”. Ada pula istilah
“ilah” yang bisa dimaknai sebagai apapun (termasuk patung berhala,
pemimpin/ulama, keinginan) yang dipertuhankan. Tetapi untuk menyebut “sesuatu”
yang serba maha itu (Tuhan), tidak ada kosa kata bahasa Arab selain “Allah”.
Sebutan
“Allah” di benak orang Arab, sama dengan sebutan “Tuhan” di benak orang
Indonesia. Sifatnya netral, dan tidak terkait dengan agama apapun. Kita bisa
membaca di dalam Quran ayat 9:30 dan 8:32 penggunaan sebutan “Allah” oleh kaum
Yahudi, kaum Nasrani, maupun oleh kaum yang ingkar (kafir).
Lain di
Arab, lain pula di sini. Di Indonesia, dan di negara-negara lain yang tidak
berbahasa Arab, umat Islam menyebut “Allah” untuk memberi kesan eksklusif
sebagai “Tuhannya orang Islam”.
Adanya
peng-eksklusif-an sebutan “Allah” ini dapat dilihat dari perilaku umat. Umat
Islam lebih memilih untuk menyebut “Allah” daripada “Tuhan”. Seakan-akan
sebutan “Allah” itu memiliki keterkaitan yang tak terpisahkan dengan keislaman.
Sebaliknya, sebutan
“Tuhan” dirasa sebagai sesuatu yang kurang “islami”.
Selain itu,
umat Islam merasa perlu melekatkan gelar “SWT” untuk membedakan “Allah” yang
mereka sebut dengan “Allah” yang orang Nasrani sebut. Sejatinya, SWT (Subhanahu
Wa Ta’ala) adalah sebuah sanjungan yang artinya “Tersanjung dan Tinggilah Dia”.
Namun kemudian sanjungan tersebut mengkristal menjadi “nama belakang” yang
digunakan untuk menandakan “Allahnya orang Islam”.
Upaya
pembedaan lainnya –yang tampak dipaksakan– adalah dengan memodifikasi tulisan
“Allah” menjadi “Alloh” (dengan “o”). Mereka ingin menegaskan bahwa yang mereka
tulis itu dibaca dengan “L” tebal, bukan dengan “L” tipis seperti pengucapan
orang Nasrani. Kami katakan ini sebagai upaya yang dipaksakan karena aksen Arab
sendiri lebih condong kepada bunyi “Allah”, bukan “Alloh”.
Dengan
mempersepsi “Allah” sebagai “Tuhannya orang Islam” –yang tampak dari berbagai
upaya pengeksklusifan di atas,– sebenarnya umat sudah terjebak pada kerangka
berpikir yang sangat berbahaya.
Jika umat
mengakui ada “Tuhannya orang Islam”, pasti sebaliknya diakui pula ada “Tuhannya
orang non-Islam”. Dengan kata lain, terbentuk anggapan bahwa Tuhan itu ada
lebih dari satu! Kerangka berpikir yang demikian telah menyalahi prinsip
ketauhidan bahwa Tuhan itu Esa.
Ketahuilah
bahwa yang menetapkan shalat dan ibadah-ibadah lainnya atas kita adalah Tuhan.
Yang menurunkan kitab suci, nabi-nabi, dan mengutus para rasul adalah Tuhan.
Yang memberi rezeki dan jodoh kepada kita maupun kepada rekan kita yang berlainan
agama adalah Tuhan. Hanya ada satu Tuhan. Tidak pernah ada yang namanya
“Tuhannya orang Islam”.
Racun
pikiran yang lahir dari penggunaan sebutan “Allah” ini memang sangat halus,
namun dampaknya sangat fatal. Semua itu berawal dari penggunaan bahasa Arab
yang ditautkan dengan keyakinan.
Karena itu,
mari kita sudahi penggunaan sebutan “Allah”, dan menggantinya dengan sebutan
“Tuhan”. Dengan langsung menggunakan bahasa sendiri, kita akan terhindar dari
salah persepsi yang membahayakan ketauhidan.
Kemudian ini komentar dan reaksi dari teman-teman yang saya taging..
Akhù Håmzah Wahaha...yg
terperangkap siapa nih??terlalu simple menyimpulkan kerangka berfikirnya
ust...bar moco bukune jil po..hehe
Sukei Darel Aksa Jiahaha,...
ki hasil search fakta tantangan dilapangan,.. daripada dihadapi personal kan
mending di diskusiakan sisan disini,.. kwatir ada yg terperangkap trus diimani
sendiri,..
Akhù Håmzah Hehe...dampak
kebebasan pres kie...
Yg beri nama Allah itu bukan org arab mas,ya Allah sendiri,nek tuhan lebih dekat ke robb..masa di alquran diganti kata Allah dgn robb kabeh,,,hancur deh kita
Yg beri nama Allah itu bukan org arab mas,ya Allah sendiri,nek tuhan lebih dekat ke robb..masa di alquran diganti kata Allah dgn robb kabeh,,,hancur deh kita
Sukei Darel Aksa Nah,..
perlu ono pemjelasan secara ilmiahne kiyek,.. ben isa fight..
Akhù Håmzah Yo wes buka
wae fushilat ayat : 30...piye ust mau menerjemahin ne???perintahx bgmn??ga pake
tafsir juga sudah masuk,,,
metodenya dlm islam..
Dahulukan nash sblm akal..
metodenya dlm islam..
Dahulukan nash sblm akal..
Sukei Darel Aksa Orang
yahudi, Nasrani dan kaum musrik bisa masuk "Orang-orang" itu dong
krna mereka juga mengakui Allah sebaga sebutan Tuhan mereka seperti dalam surat
Attaubah ayat 30..
Akhù Håmzah Haduh,di
kesan3an ada kitab tauhid 3 jilid itu...
Mreka masuk rububiyyahx doank,
Ngaku tokz ga cukup,apalagi nyleweng,uda kena bantah di QS al ahad mas
Mreka masuk rububiyyahx doank,
Ngaku tokz ga cukup,apalagi nyleweng,uda kena bantah di QS al ahad mas
Sukei Darel Aksa Allahab op
Al Ahad kui??
Akhù Håmzah Iyo jal.lagi
ngantuk.hehe al ikhlas maksude...koplakz.com..
Iblis malah luweh mas tinimbang yahudi nasrani...
Iblis malah luweh mas tinimbang yahudi nasrani...
Sukei Darel Aksa Lah iku,..
makane ki piye ben syubhate rak meraja dan lela... cntohe statment iki,.
"Jika umat mengakui ada “Tuhannya orang Islam(Allah Red.)”, pasti
sebaliknya diakui pula ada “Tuhannya orang non-Islam”. Dengan kata lain,
terbentuk anggapan bahwa Tuhan itu ada lebih dari satu! Kerangka berpikir yang
demikian telah menyalahi prinsip ketauhidan bahwa Tuhan itu Esa.",..
Akhù Håmzah Waha...maka
dlm islam kite harus menyakini hanya satu,Allah,,tapi jng trus kerna hanya ada
syubhat kita malah ngikut ga punya prinsip bilang tuhan,lha ini perintah
langsung drNya..
Ada tuhan lain,itu cuma bahasa mas,
Ada tuhan lain,itu cuma bahasa mas,
Sukei Darel Aksa Iya,..
Subhat itu mudah aja bagi yang tau, tapi bagi yg lain?? Tugas siapa
menyadarkan?? dan ini yang penting., BAGAIMANA CARA MENYADARKAN YANG METODIS..
Ini medan perang pikiran itu,..
Akhù Håmzah Makanya ada
yg namax dakwah...ya cuma itu solusinya...dgn bentuk beragamnya.
Pada prinsipnya yg terlanda virus itu cuma kalangan yg ngakunya intelek tual ,,sing kemlinti..amma masyarakat umum mah,nek ditanya tuhannya sp?jwbx mesti Allah.lha nek ditany...See More
Pada prinsipnya yg terlanda virus itu cuma kalangan yg ngakunya intelek tual ,,sing kemlinti..amma masyarakat umum mah,nek ditanya tuhannya sp?jwbx mesti Allah.lha nek ditany...See More
Akhù Håmzah Tugas
siapa???yg punya ilmu( yg ga punya jng coba2 ya,ntar malah keblinger)...
Bagaimana??turun dulu kelapangan,nanti pertanyaan itu kan terjawab...
Bagaimana??turun dulu kelapangan,nanti pertanyaan itu kan terjawab...
Sukei Darel Aksa Inilah
lapangannya,.. tanpa seyahu kita, semacam ini beredar dan meluas tak sebanding
dengan yg merasa bertanggung jawab untuk meluruskan,. akan diam saja dan
membiarkan dan mengandalkan "orang yg berilmu"? kenapa bukan kita yg
sedari ini belajar banyak untuk jadi "orang yg berilmu.."
Sukei Darel Aksa makanya
juga aku minta untuk komentar buat siapa aja yg baca,.. jangan diem aja palgi
makan mentah,.. ini sengaja diwadahi disini dari pada dapetnya dari sumber
lain,..
Akhù Håmzah Sip.
Berilmu yg dimaksud bukan pake " atas lho,hehe.
Pokoke segala cara deh...
Buat note bantahan skalian.biar imbang,keju ngetik pake hp nih...
Di webx insisth lengkap senjata bwt lawan liberalis.
Maju teruz....
Berilmu yg dimaksud bukan pake " atas lho,hehe.
Pokoke segala cara deh...
Buat note bantahan skalian.biar imbang,keju ngetik pake hp nih...
Di webx insisth lengkap senjata bwt lawan liberalis.
Maju teruz....
Muhammed Faiz ,Salah
satu solusinya adlh mndkwhkn secara benar makna "la ila illalloh"
bukan artinya tiada tuhan selain alloh TAPI tiada sesemb,,,,,
Muhammed Faiz bahan yg
berhaq dsembah kecuali alloh..
Akhù Håmzah Ketinggalan
pakde,ane ga stuju klo yg melawan dibilang tak sebanding,tanya wae ust adian,1
thn yg lalu pernah nyampeiken ke kita,ada banyak yg sudah membendung,cuma yg
tampak sedikit...
Sukei Darel Aksa Muhammed Faiz :
Ga cukup,.. yg kita ajak bicara bukan orang kampung sebelah (ranjeng). Yang
otaknya mengalahkan imanya..
Muhammed Faiz Jdi alloh
lah yg haq.. Selainnya bathil.. Sprti surat luqman 30
Sukei Darel Aksa Akhù Håmzah :
Sedikit itu yg dimaksud tak sebanding,..
Muhammed Faiz Oke2.. Itu
salah 1nya, tapi target kita awam dulu, sbelum yg awam ikut2an terjebak,..
Sukei Darel Aksa Nah,.. trus
klo yg Awam dah terjebak dgn cara dan jalan berfikir seperti itu, gimana
caranya lgi.. Ini bukan bahas siapa yg akan kita hadapi tapi lebih ke apa sih
yg kita hadapi,.. SIPILIS sudah meraja dan lela,.. Melebihi bid'ah kultur orang
kampung,.
Muhammed Faiz Itu masih
kalo..
Tpi akan lebih baiknya MARI kita buat "bantahan" dari note ini..
Tpi akan lebih baiknya MARI kita buat "bantahan" dari note ini..
Sukei Darel Aksa Nah,..
itu...Ayo mari,..
Blangkon El Irhab Kykny
di buku hujatan krangn Robert morey, prof dr amrika d bukuny: "the islamic
invation" jg mnghujat lwt argumen sprt it, tp alhamdulillah ad buku
bnthany dr orng indo, mantan biarawti, Ibu Hj.irene handono, bs dbli d grmedia
atau toko2 bku trdkt,he.
jwbn bliau komplit n mengena,
jwbn bliau komplit n mengena,
Sukei Darel Aksa Klo kita
sendri bisa jawab ga ya..?
Sukei Darel Aksa Jadi, Allah
atau Tuhan??
Sukei Darel Aksa Jika
esensinya da dalam hati,. Perkara hal bid'ah yg sering berdasarkan main hati
itu juga bisa mendapat pembenaran,. Masalah hati kemudian harus juga kan ada
dasarnya,. Nah, apa dasar yg absoulut untuk itu,..
Setyawan Purwanto Sedangkan,
"sesuatu" tadi dlm kitab suci orang muslim, menegaskan bhw
"dirinya" itu Allah,
innanii ana Allah fa aqimu sholat li dzikrii
innanii ana Allah fa aqimu sholat li dzikrii
Rhi Rhy Qs. Thoha :14 (klw
gak salah)
Miftah Addien EL Haq st12
(judulnya kebesaranMU)
All@ Orang
Arab, apapun agamanya, menyebut “Allah” untuk memaksudkan “Tuhan”. Ada pula
istilah “ilah” yang bisa dimaknai sebagai apapun (termasuk patung berhala,
pemimpin/ulama, keinginan) yang dipertuhankan. Tetapi untuk menyebut “sesuatu”
yang serba maha itu (Tuhan), tidak ada kosa kata bahasa Arab selain
“Allah”.
Sebutan “Allah” di benak orang Arab, sama dengan sebutan “Tuhan” di benak orang Indonesia. Sifatnya netral, dan tidak terkait dengan agama apapun. Kita bisa membaca di dalam Quran ayat 9:30 dan 8:32 penggunaan sebutan “Allah” oleh kaum Yahudi, kaum Nasrani, maupun oleh kaum yang ingkar (kafir).
Sebutan “Allah” di benak orang Arab, sama dengan sebutan “Tuhan” di benak orang Indonesia. Sifatnya netral, dan tidak terkait dengan agama apapun. Kita bisa membaca di dalam Quran ayat 9:30 dan 8:32 penggunaan sebutan “Allah” oleh kaum Yahudi, kaum Nasrani, maupun oleh kaum yang ingkar (kafir).
Muhammed Faiz buat
bantahannya donk?
Masih ingat
catatan yang di tag oleh saudara Sukei darel aksa? ya catatan yang berjudul
" ALLOH atau tuhan?" sudahkah anda membacanya dengan seksama dan
membaca pula komentar komentanya...
By: Muhammed Faiz
Nah, dah baca sekalian dong link yang di tulis bakal Syekh Muhammad Faiz di atas..
Beberapa waktu kemudian baru saya buat note berikutnya :
Ini nih,
rame-rame berperkara sebutan “Allah atau Tuhan?” di note VOL.037 limited
edition. Well, Jaringan Islam Liberal yang beraliran SIPILIS (Sekulerisme,
Pluralisme agama dan Liberalisme) dan bermuara pada ONE GOD MANY RELIGIONS
konon berbasis di hampir semua Universitas/ Sekolah tinggi Islam Negri di
Indonesia. Mereka menawarkan logika dan otak sebagai dewa tolok ukur keimanan
mereka. Ajarana agama menjadi komoditi pelatihan kadar kecerdasan mereka
dalam mengolah “pesan Tuhan” kepada manusia. Ganas. Mereka menjadi front
terdepan dalam perang pemikiran yang dicetuskan oleh para penghasut Islam.
Dalam bukunya “Kenapa barat memfitnah Islam?” yang saya mendapat mandat untuk
tidak hafal isinya karna keterbatasan daya kerja keras otak dalam me-recall informasi-informasi
penting. (Contoh otak yang dihabiskan energinya untuk menganalisa hal yang
remeh temeh dan sia-sia). Di sana ntah dijelaskan atau tidak, bahwa memang
mereka adalah symbol satu sisi dari dualism segala hal. Kata pak Dan Brown
dalam bukunya Angels & Demons, (tuh kan, lebih hapal fiksi ilmiah daripada
non fiksi fakta ilmiah) dijelaskan bahwa tiap sesuatu memiliki keterbalikan.
Hitam putih, air api, yin yang atau setan malaikat. Walau sebenarnya setan dan
malaikat bukan contoh dualism yang tepat. Ga ada riwayatnya ada malaikat versus
iblis yang perang berebut mendominasi manusia dan dunia. Iblis kerjanya
menggoda (bukan memaksa loh) manusia untuk maksiat kepada penciptanya. Sedang
malaikat cendrung pasif dan mutlak hanya melakukan sesuatu jika memang
diperintah Allah saja. Sekalipun hanya jadi malaikat yang kerjaanya nungguin
pintu langit. Sangat amanah dan nyaris ga ada malaikat yang berinisiatif punya
ide menjadi malaikat penggoda kebaikan bersaing ketat dengan iblis.
Jadi,.. yah
ngerti dong arahnya kemana maksud gw,. DIA.LOE.GUE adalah sisi
bersebrangan setan yang sebenarnya dari prinsip dualism tersebut. Allah dah
teges banget bilangin dari awal kalo musuh kita adalah setan. Hizbullah vs
hizbusyaithan. Dalam perang panjang yang menghabiskan seluruh usia kita ini
kita berdiri. Jika kamu ga berpihak pada Al Qur’an dan amanah Nabi, Assunnah,
maka secara otomatis spontanis kamu berpihak pada para pengingkar Qur’an dan
Sunnah yang dipimpin setan. Sadar atau tidak, mengakui atau tidak.
Rosulullah Sallallahu ‘Alaihi Wassalam dengan bijaknya mengingakan :
“Bertafakurlah tentang ciptaaNya dan tak perlu berfikir tentang Zat-Nya”.
Hadist ini menjadi pengarahan bagi ummat untuk memaksimalkan fungsi otak dan
energy berfikirnya kemana seharusnya dicurahkan. Keutamaan bertafakur banyak
disinggung dan menjadi motivasi amaliah oleh para ‘Alim Ulama terdahulu. Tak
heran, produktifitas sumbangsih mereka dalam berbagai bidang keilmuan sangat
mengagumkan, tak hanya ummat Islam, tapi dunia. Tak hanya masa itu, tapi hingga
sekarang bahkan kemasa depan. Nama-nama seperti Ibnu Sina (Avicenna), Al
Khwarizmi, Al Haithan, Al-jazari dll (yang sangat popular di barat, dimana
barat sangat popular di JIL). adalah seklumit orang yang memaksimalkan fungsi
otak pada tempat yang seharusnya. Teknologi per-sikat gigi-an zaman sekarang
adalah hasil dari temuan ribuan tahun lalu yang dipopulerkan oleh Nabi Muhammad Sallahu
‘Alaihi Wassalam. Teknologi dengan ketaqwaan adalah kumpulan atom-atom yang
bersatu yang dibangun oleh Iman sebagai electron, Ilmu sebagai proton dan
neutron sebagai Amalnya.
Ketika semua bersinergi maka tak akan sulit menjawab petanyaan seorang Atheis;
“Bagaiman bentuk Tuhan umat Islam jika tak pernah tampak, bukankah itu hanya
hasil pengkultusan imaginer?”. Seharusnya paling tidak Tuhan ada manifestasinya
dalam zat yang bisa disentuh dan dilihat agar dipercaya ada.” Katanya lagi.
Tanyakan padanya apa dia pernah jatuh cinta pada seseorang? Dan katakan padanya
bagaimana bentuk cinta itu, bundar, kotak atau jajaran genjang? Jika tak tampak
bagaimana ia percaya bahwa cinta itu ada? Tuhan itu seperti siang, Dia tak
tampak namun ada untuk menampakan segalanya. Tak terbantahkan. Walau dengan
serangan teori semacam diskusi tua ini:
“Apakah
Tuhan Maha Kuasa menciptakan segala yang ada?”.
“Betul, Dia
yang menciptakan semuanya”.
“Mutlak
Tuhan yang mencitkan semuanya.?”.
“Betul”.
“Jika Tuhan
menciptakan segalanya, berarti Tuhan menciptakan kejahatan. Karena kejahatan
itu ada, dan menurut prinsip kita bahwa pekerjaan kita menjelaskan siapa kita,
jadi kita berasumsi bahwa Tuhan itu adalah kejahatan”.
Tanyakan
balik padanya :” Apakah dingin itu ada?” Katakan bahwa dingin itu tidak ada.
Menurut hukum fisika,yang kita anggap dingin itu adalah ketiadaan panas. Suhu
-460F adalah ketiadaan panas sama sekali. Dan semua partikel menjadi diam dan
tidak bisa bereaksi pada suhu tersebut. Kita menciptakan kata dingin untuk
mendeskripsikan ketiadaan panas.”
Tanyakan
juga: “Apakah gelap itu ada?” Katakan bahwa “Gelap itu juga tidak ada. Gelap
adalah keadaan dimana tidak ada cahaya. Cahaya bisa kita pelajari, gelap tidak.
Kita bisa menggunakan prisma Newton untuk memecahkan cahaya menjadi beberapa
warna dan mempelajari berbagai panjang gelombang setiap warna. Tapi anda tidak
bisa mengukur gelap. Seberapa gelap suatu ruangan diukur dengan berapa
intensitas cahaya di ruangan tersebut. Kata gelap dipakai manusia untuk
mendeskripsikan ketiadaan cahaya.”
Kemudian
tanyakan ini: “Apakah kejahatan itu ada?” Lalu jelaskan bahwa “Kejahatan itu
tidak ada. Kejahatan adalah ketiadaan Tuhan. Seperti dingin atau gelap,
kejahatan adalah kata yang dipakai manusia untuk mendeskripsikan ketiadaan
Tuhan. Tuhan tidak menciptakan kejahatan. Kejahatan adalah hasil dari tidak
adanya kasih Tuhan di hati manusia. Seperti dingin yang timbul dari
ketiadaan panas dan gelap yang timbul dari ketiadaan cahaya.”
Begitulah
cara Albert Einstein mengimani keberadaan Tuhan dengan akalnya saat mendebat
profesornya yang atheis.
Begitulah
juga saat kita membela kehormatan Al Qur’an ketika dipertanyakan keabsahan
firma-Nya yang menyatakan “Dan Kami telah “menghamparkan” bumi dan menjadikan
padanya gunung-gunung dan Kami tumbuhkan padanya segala sesuatu menurut ukuran
(15:19).”
“Apa bener
Qur’an itu firman Tuhan?, kok Tuhan gak tau kalo bumi itu bulat, bukan
“menghampar “ macam karpet atau lempengan”.
Kasih tau
kalau dengan kata “menghampar” Allah memberi isyarat kepada penghuninya bahwa
bumi itu bulat. Coba kalau bumi itu kotak, pasti dibantah itu istilah
menghampar oleh orang-orang yang tinggal di sudut atau garis tepi bumi.
Coba ambil bola tetangga dan berhayalah bahwa itu bumi, trus temple seukuran
kecil kertas sebagai elunya. Pasti si elu bakal memandang dan bilang, “yes,
bola sebagai hamparan dan aku noda diatasnya!”. Dengan isyarat ini Allah
mencoba berbicara kepada makhluknya dengan dekat lewat sudut pandangan si
makhluk.
Lalu, Allah
atau Tuhan?
Mengatakan
bahwa penggunaan kata Allah sebagai “bahaya dan racun yang halus namun fatal”
karena kata “Allah” juga digunakan oleh ummat non Muslim untuk menyebut
Tuhannya (9:30 dan 8:32). Yang berarti secara tidak langsung dapat merusak
bahwa “Tuhan itu esa”. Sampai disini si penulis menyatakan bahwa satu kata
Allah itu umum untuk semua agama dan itu merusak aqidah. Lalu dia
melanjutkan..
{umat Islam
menyebut “Allah” untuk memberi kesan eksklusif sebagai “Tuhannya orang Islam”.}
{Selain itu,
umat Islam merasa perlu melekatkan gelar “SWT” untuk membedakan “Allah” yang
mereka sebut dengan “Allah” yang orang Nasrani sebut. Sejatinya, SWT (Subhanahu
Wa Ta’ala) adalah sebuah sanjungan yang artinya “Tersanjung dan Tinggilah Dia”.
Namun kemudian sanjungan tersebut mengkristal menjadi “nama belakang” yang
digunakan untuk menandakan “Allahnya orang Islam”.}
Dalam kitab
Tauhid dan Syirik, Syrekh Ja’far Subhani bahkan menyebutkan bahwa kekhususan
makna pada nama Allah dalam hal ini disebabkan oleh kebiasaan bangsa Arab
menggunakan lafal “al ilah”. Penambahan kata “al” pada “ilah” dimaksudkan untuk
menunjuk sesuatu yang telah dikenal dalam pikiran (isyarah dzihniyah).
Kanapa
kemudian pengkhususan itu juga dicela? Apa kemudian pengkhususan itu berakibat
pada menyalahi perinsip ketauhidan? Syauqi bilang, jika kita menyebut
"Alloh" ,apa iya kita di dalam hati kita lantas mengakui ada Robb
lain selain Dia, sehingga membatalkan aqidah ? Kata Allah sudah jelas rujukanya
bahasa Al Qur’an yang qodarullah berbahasa Arab. Sedang kata “Tuhan?” Lebih
fatal lagi.
Akar kata
bahsa Indonesia adalah bahasa sangsekerta dan resapan bahasa daerah. Indonesia
yang dulu bernama Nusantara dimdominasi oleh kerajaan hindu budha. Kata “Tuhan”
lahir dari pendeskripsian tentang “sesuatu” yang maha berkuasa di jagat raya
ini. Jadi Tuhan itu dari kata Tuh dan Hyang bahasa Sangsekerta. Cocok dengan
literatur asal kata tuan yang dari kata Tuh, bahasa Sangsekerta. Dipadukan dgn
Hyang yang artinya dewa, jadi tuan dewa. Setelah tau itu lalu apa iya kita akan
menukar istilah penamaan dengan kata yang lebih jauh lagi hakikat makna
bahasanya. Dia sibuk mengkritisi Al Qur’an sementara dia lupa bahwa diluar Al
Qur’an yang diajaknya pembacana kesana itu malah lebih membahayakan aqidah.
Sekarang,
Allah atau Tuhan? Akhirnya bahwa konsep yang ditawarkan oleh seseorang yang
tidak memiliki wewenang ilmiyah ini hanya ingin menafikan dan mengerosikan
kelekatan kita pada Bahasa Al Qur’an. Padahal, yang Allah butuhkan adalah ketaatan.
Bukan kemampuan beranalogika. Secara logika tentu khuf dibawah sepatu lebih
patut dibersihkan ketika berwudhu dalam safar ketimbang mengelap atasanya saja.
Tapi Allah menghendaki kita taat. Ketaatan yang sama seperti yang dicontohkan
oleh Nabi Musa (Nabi yang diimani tiga agama) saat beliau menghadapi ribuan
ular sihir dan Allah memerintahkan Musa untuk mellempar tongkatnya. Secara
logika, seharusnya Allah memerintahkan tongkat itu untuk memukul ular-ular itu.
Tapi tidak, Allah meminta ketaatan. Tongkatpun dilempar dan terjadilah apa yang
terjadi.
Maka…
Menurut
pandangan saya yang memandang kuman di lautan pake sedotan, JIL ga lebih dari
sekedar kumpulan orang yang anti kemapanan beragama. Anti kemapanan beragama
artinya beragama tanpa keyakinan. Agama bukan untuk ditaati, tapi untuk sekedar
basa-basi manusiawi.
Tapi…
Menurut
informasi dari temen yang napasnya panjang banget kalo cerita tentang persoalan
agama yang dipersoalkan oleh kaum yang berkalang di lingkungan IAIN Walisongo
bilang, “Kadang mereka sengaja menciptakan konflik pemikiran dalam
syari’at agama. Dosen gue pernah bilang kalo itu namanya theory konflik. Dimana
konflik sebgaja diciptakan agar para penganutnya mencari tau sebab musabanya
syari’at itu diberlakukan”.
SEKIAN dan TERIMAKASIH