Tuesday, 11 June 2013

Kisah Sebuah Kamar Bagian II



Aku tak peduli lagi saat dengan wajah tertutup engkau masuk
Aku pernah melihatmu sekilas suatu ketika kau mengintip di balik pintu
Tanganmu tak cukup lebut kurasa saat dengan sapu dan sulak kau mengelap meja
Saat warna-warni musim semi kau catkan kembali
Kau bahkan merobohkan sarang laba-laba yang mulai mengakrabiku
Siapa kau? Aku bertanya-tanya.
Kau membawa sekuntum bunga merona di tepi jendela
Kau memasang lukisan tentang pesisir pantai, puncak gunung dan saputan awan
Lalu kau menyertakan teman-temanmu untuk bertukar cerita dan tertawa
Kadang kau pun melonjak –lonjak gembira sendirian saja
Dan ketika kau terlalu terluka untuk bicara, dengan bantal yang basah karena air mata kau mengisahkannya semua pada dinding kamar.
Kitapun saling menjaga apa saja, kehangatan, kenyamanan, keindahan dan rahasia.
Waktu seolah berdetak sempurna untuk seterusnya.
Kau tak suka kemana-mana hanya berkutat pada buku
Atau bermain-main dengan gadis cilik tetangga dengan senggangnya
Atau sedikit merapikan penampilanku jadi tampat terjaga
Ah, kau…
Menepatiku dengan kisah yang brilian
Mengisi kekosonganku dengan mengesankan
Siapa kau? Aku bertanya-tanya.
Tapi aku lupa untuk menginginkan jawabanya
Ya sudahlah tak apa
Yang penting kita sudah seirama
Itu saja.
Selanjutnya>> »»  

Kisah Sebuah Kamar




Aku seperti kamar beruang hampa asalnya.
Lalu kau datang mengetuk-ngetuk pintuku yang rapuh.
Masuk dengan segenggam cahaya dan memaksaku membuka jendela.
Kau memandangku seluruh dengan sudut yang ku punya
Tersenyum memesona seolah kau punya segala rencana untuk mengindahkan semua
Ini itu kau tambahkan padaku, dan ku terima. Karena ruang ini milikmu sekarang dengan kau di dalamnya.
Lalu lama mulai berjalan lambat.
Kau mulai lebih sering keluar mencari suasana.
 Tak lagi melihat kedipan gemintang dari balik jendela.
Tak lagi menyanyikan lagu yang kau suka dengan gema lemari kaca
Tak lagi mebaca buku cerita sambil berbaring dan bersandar di dinding
Kau mulai lebih sering membanting pintu sekarang
Kau mencari sesuatu yang kau sudah tau dari awal memang di aku tak akan ada
Membongkar semua isi lemari, mengacak-acak tempat tidur dan menghempas semuanya kelantai
Dua tiga malam lalu kau enggan pulang
Tak ada lagi yang menyalakan lampu untuk malam yang gelap
Tak ada lagi yang menutup tirai jendala untuk angin malam yang dingin
Kau meninggalkan ku dalam berantakan
Entah siapa lagi yang akan datang dan tanpa enggan merapikan
Sementara tiap harinya aku semakin berdebu dan kusam.


-February 1, 2012-
Selanjutnya>> »»  

Bookmarks

free counters