Aku seperti kamar beruang hampa asalnya.
Lalu kau datang mengetuk-ngetuk pintuku yang rapuh.
Masuk dengan segenggam cahaya dan memaksaku membuka jendela.
Kau memandangku seluruh dengan sudut yang ku punya
Tersenyum memesona seolah kau punya segala rencana untuk mengindahkan semua
Ini itu kau tambahkan padaku, dan ku terima. Karena ruang ini milikmu sekarang dengan kau di dalamnya.
Lalu lama mulai berjalan lambat.
Kau mulai lebih sering keluar mencari suasana.
Tak lagi melihat kedipan gemintang dari balik jendela.
Tak lagi menyanyikan lagu yang kau suka dengan gema lemari kaca
Tak lagi mebaca buku cerita sambil berbaring dan bersandar di dinding
Kau mulai lebih sering membanting pintu sekarang
Kau mencari sesuatu yang kau sudah tau dari awal memang di aku tak akan ada
Membongkar semua isi lemari, mengacak-acak tempat tidur dan menghempas semuanya kelantai
Dua tiga malam lalu kau enggan pulang
Tak ada lagi yang menyalakan lampu untuk malam yang gelap
Tak ada lagi yang menutup tirai jendala untuk angin malam yang dingin
Kau meninggalkan ku dalam berantakan
Entah siapa lagi yang akan datang dan tanpa enggan merapikan
Sementara tiap harinya aku semakin berdebu dan kusam.
-February 1, 2012-
0 comments:
Post a Comment