Twitter jelas
berbeda dengan Facebook. Karenanya saya buat akun dikeduanya. Begitu juga
dengan Blogspot dan Yahoo, karenanya saya tidak berminat dengan Wordpress dan
Tumblr yang bagi saya keduanya cuma prototype bloging yang belum sebaik
Blogspot. Dan jika saya punya akun G
Mail-pun itu karena memang ada beberapa hal yang harus mendaftar menggunakan
akun itu. Masih mending ketimbang Google + yang “kecelakaan” dan Kompasiana
yang iseng-iseng.
Hikmahnya
adalah, dunia tidak lagi saya lihat hanya dari tempat saya tinggal. Di Facebook
saya bisa melihat perkembangan pergalauan. Di twitter saya menyakisikan
perkembangan pergaulan. Di blog saya bisa pamer kegalauan. Di forum-forum saya
bisa nebeng kegaulan. Dan dari sana ada hal-hal yang menarik untuk di cermati. Seperti
yang terjadi sewaktu Irsyad Manji ramai jadi kasus.
Ini di twitter,
antara beberapa aktifis #IndonesiaTanpaJIL dan beberpa ustadz. Salah satunya
Ust. Salim A. Fillah.
Berhubung
Irsyad Manji membawa-bawa nama Islam dan Alqur’an sebagai pembenaran dari penyakit orientasi sexualnya yang coba ditularkan
lewat bukunya itu dan JIL adalah FPInya (Front Pembela Irsyad Manji) maka Ulil
sebagai biang banyak diajak diskusi mengenai perhomoan di zaman Nabi Luth.
Lewat twitter. Tangkap-tangkapan pertanyaan dan lempar-lemparan jawabanpun tak
bisa dihindarkan saudara-saudara. Di twitter.
Salah satunya
yang menarik adalah ketika membahas tentang kaum Nabi Luth yang diazab itu. Kita
sepakat bahwa itu akibat dari prilaku per-homo-an mereka seperti yang jelas
terdapat dalam surat Al Naml ayat 54
sampai 55. Ulil berpendapat lain
(seperti biasa) bahwa akibat mereka diazab bukan karena prilaku Homonya, tapi
karena sikap kaumnya yang hendak mengusir Nabi Luth dan melecehkan malaikat
yang datang waktu itu. Dan dengan eleganya dia pamerkan potongan ayat
selanjutnya, yakni ayat 56 dari surat An
Naml tadi. "Maka tidak lain jawaban kaumnya
melainkan mengatakan: 'Usirlah Luth beserta keluarganya dari negerimu; kerana
sesungguhnya mereka itu orang-orang yang (mendakwahkan dirinya) bersih.”
Ketika
diberikan keterangan tafsirnya yang shahih, si Ulil (seperti biasa) menganggap
bahwa tafsir itu tidak falid, karena toh dari manusia yang tidak ma’shum. Dan
karena ajaran JIL mendakwahkan tafsiran relative, nisbi dan hak progratif
perorangan serta kasuistik, maka seenak udelnya perut udang juga mereka bisa
suka-suka menggunakan dalil yang sesuai hawa nafsunya. Dan sah.
Ada
yang nyeletuk, “kalau kuntilanak di bacain ayat langsung ngacir, kalau JIL di
kasih ayat langsung dipelintir.”
Akhirnya
bahkan dalam diskusi tebuka itu banyak juga yang “ya sudahlah.. Lana ‘amaluna
walakum ‘amalukum,.” Atau “Saksikanlah, bahwa kami telah menyampaikan.”
Walau
begitu, masih banyak juga yang masih adu argumentasi dan ngotot. Sampai-sampai
membuat manusia bernama Ulil yang bisanya tenang memprovokasipun sampai bercuap:
“Susah-susah amat sih, kalo emang Homo itu dosa, kenapa gak diazab aja
sekarang.”
*melongo
tingkat dewa..*
Ajib
banget ini orang. Persis seperti mereka yang diabadikan dalam Al Qur’an
perkataanya tapi dibinasakan keberadaanya: "Datangkanlah kepada kami
azab Allah, jika kamu termasuk orang- arang yang benar." (QS. al-'Ankabut:
29). Na’uzubillah minzalik…
Mereka
sudah mengakarkan dalam diotak dan hati mereka bahwa kaum Homo juga sudah
menjadi kehendak Allah dari lahir.
“Takdir.
Jadi kita tidak punya hak untuk mengubah takdir Allah tersebut. Buktinya,
hasrat mereka sebenarnya menolak, tapi mereka tidak bisa nyatanya.” Dan tak
lupa mereka mencomot sepotong ayat untuk jadi dalil: “Diantara tanda-tanda keagungan Allah, ialah Dia ciptakan bagimu, dari
jenis-jenismu sendiri, pasangan-pasangannya. Supaya kamu hidup tentram
bersamanya, dan Allah jadikan bagimu cinta dan kasih sayang. Sesungguhnya dalam
hal itu ada tanda-tanda bagi orang-orang yang mau berfikir”. [QS 30 : 21]
Bro.. itu ayat biasanya ada di balik undangan nikahan loh…
Lengkap sudah, mereka pun akhirnya GR dengan ayat tersebut dan menasbihkan diri
sebagai orang-orang yang doyan berfikir.
Jika ayat tidak mempan, bagaimana kita ikuti metode mereka
yang sok logis dan cerdas itu. Bagaimana pandangan kaum logikawan yang kali ini
di wakili oleh atheis mengenai dunia perhomoan. Apa pendapat mereka?
Saya cari-cari di forum yang mengkapayekan pro atheis under
ground, karena selama masih warga Negara Indonesia, paling tidak mereka masih
menunjukan di KTPnya bahwa kolom agama masih diisi. Nah, salah satunya yang ada
di note sebelumnya tentang 10Alasan Untuk Melarang Pernikahan Gay Ala Atheisme yang alih-alih
mendukung pelarangan gay malah mengkritisi alasan pelarangan tersebut dengan
sindiran sarkastik. Anehnya sih rata-rata yang saya tag gak ada yang mau
komentar atau paling tidak kata “tidak” lah. Entah setuju atau sebenarnya ingin
menyaggah cuma gak tau apa yang disanggah. Ya sudahlah…
Kaum atheis
menyadarkan keyakinan mereka pada teori evolusi yang (sok) logis.
Menurut mereka
: bahwa Homoseks termasuk dalam proses evolusi gen dalam kehidupan itu sendiri.
Penyebab gen homo adalah defect dari pengontrolan populasi. Karena adanya cewek hiper (penghasil anak banyak / fertilitas tinggi)
sehingga bisa terciptanya kondisi meledaknya populasi, maka untuk
menyeimbanginya munculah homoseks, untuk menekan perkembangan populasi menjadi
besar.
Sebenarnya
entah itu defect atau malah memang mekanisme yang harus ada di kehidupan ini
untuk pengontrolan populasi atau bukan, tetap saja dinilai dari segi evolusinya
yang sebagai mekanisme alam untuk penyeimbang maka kaum homo ini nihil dalam
meberikan dampak positif untuk ke depan. Hanya sebatas pada tingkat supaya pertumbuhan
populasi tidak menjadi besar. Tapi apa teori evolusi mendukung ini secara data
dan fakta?
Kasus yang
paling anyar adalah analisa terhadap pertumbuhan populasi orang jepang yang di perkirakan sekitar satu
abad mendatang akan menurun menjadi sepertiga jumlahnya dari populasi yang ada
sekarang. (Cek Sumber)
Apakah ini sebab orang Jepang tumbuh menjadi manusia homo dari waktu ke waktu? (majas retoris belaka.)
Apakah ini sebab orang Jepang tumbuh menjadi manusia homo dari waktu ke waktu? (majas retoris belaka.)
Menariknya
bahwa kehadiran kaum homo adalah hasil dari proses evolusi untuk menyeimbangkan
populasi terbantahkan dengan faktor sosial (banyak yang menunda menikah di usia
produktifitas dan meningkatnya kasus aborsi), faktor ekonomi (ketidak inginan
memiliki anak karena kerisis dan lambatnya petumbuhan ekonomi), dan faktor alam
(banyaknya bencana alam yang sekali terjadi merenggut ribuan jiwa sekaligus dan
berkurangnya usia harapan hidup manusia karena lingkungan dan kesehatan). Proses
evolusi tak membutuhkan kaum homo. Titik. Jika adapun, mereka hanya terlahir tanpa
bereproduksi dan hanya untuk mati.
Jika bukan
karena evolusi, lalu dari mana datangnya? Pertanyaan penting untuk menemukan
akar yang harus dicabut dan dipangkas.
Sekarang dari
pandangan bahwa itu defect karena ada cewe hyper maka ada homo itu malah memberikan
hipotesa kuat bahwa homo terjadi karena faktor biological defect. Artinya
ketika fase janin masih berada dalam rahim, terjadi ketidak seimbangan hormon atau
genetik tertentu sehingga mengubah susunan kromosom yang mengakibatkan hal demikian
itu tercipta. Artinya lagi sah
mengatakan bahwa homosexual terjadi karena cacat lahir jika kita menganut
penelitian yang ada tentang hal ini.
Terus, apakah
cacat ini permanent atau dapat disembuhkan?
Karena cacat
ini adalah cacat prilaku, maka sangat plausible hal ini bisa disamakan dengan ADHD,
seri penyakit mental seperti yang diderita oleh Crayon Shichan dalam tokoh
fiksi, Kurt Cobain dalam tokoh selebritas atau Thomas Alfa Edison dalam tokoh
sejarah.
Oleh karena itu
penyakit homosexualitas lahir bisa disembuhkan.
Namun sebab ini
adalah penyakit pilaku, semacam kletomania (hasrat ingin memiliki barang orang
lain), maka pihak yang berwenang dalam mengatur kemasyarakatan dalam hal ini
pemerintah, tidak “harus” mengakomodasi kepentingan kaum cacat prilaku ini.
Sebab kemudian
masalah mendasarnya adalah prilaku homo ini dapat ditiru dan mempengaruhi. Dalam
ilmu psikologipun diketahui bahwa interaksi dengan lingkungan dapat
mempengaruhi perilaku seseorang. Tak heran jika kaum nabi Luth adalah
masyarakat yang menganggap wajar prilaku menyimpang tersebut secara massal.
Okeh, kaum
atheis menganggap kisah dalam kitab suci adalah hoax.
Ada beberapa
pendapat yang menyatakan bahwa sebenarnya saat kita lahir dengan dua seks orientasi (bi-sexual)
sampai ia mengalami pubertas. Lalu setelah itu, orang akan memilih seksual
orientasinya sesuai dengan keinginannya.
Artinya itu sama dengan saat kita lahir kita belum mengerti
bahasa atau komunikasi. Sampai kita belajar dan meniru dari lingkungan kita.
Kita akan fasih berbahasa sangsekerta jika kita lahir dilingkungan Majapahit
puluhan abad yang lalu. Atau kita akan fasih berbahasa Timbuktu bahkan saat
kita dewasa di papua sekalipun, setelah beberapa masa kemudian karena disadari
atau tidak kebutuhan akan berinteraksi dengan orang disekitar kita “memaksa”
kita mengikuti prilaku dan tindakan lingkungan kita.
Oleh karena
itu, perilaku homo, sangat plausible, untuk dapat menular.
Kesimpulannya,
setelah mencermati bahwa prilaku gay/lesbi menurut struktur evolusi adalah
diciptakan untuk mati saja dan meninjau prilaku tersebut dapat menular sehingga bisa saja mereka
menjadi “misionaris” untuk mempropagandakan gay/lesbi sebagai gaya hidup, mempengaruhi
tatanan normalitas dan bisa berakibat chaos maka tindakan untuk memusnahkan
kaum homo dari muka bumi sama sekali tidaklah salah.
Oleh karena
itu, mengumpulkan gay, dalam satu kota, kemudian memborbadir kota tersebut
dengan bom atom, sehingga menjadikan kematian mereka lebih manusiawi (cepat dan
tidak menyakitkan). bukanlah hal yang tidak benar.
Dan sangat
dianjurkan. :)
0 comments:
Post a Comment