Jam 5:45
Pagi yang
dingin mencekam menusuk-nusuk persendian tulang sehingga membuatku malas
beranjak dari pembaringan. Maklum, pondokku daerah perbukitan. Tak ada hal yang
istimewa pada hari ini. Karena hari ini hari libur yang membosankan.Tak ada
aktivitas yang membuat ku semangat.
Aku masih
berselimut dengan selimutku yang tebal, menahan dingin. “lebih baik selimutan
aja daripada baca qur’an tapi kedinginan dan hari ini hari libur gak apalah
sekali-kali” batinku.
Ketika aku
tiduran dengan selimutku yang tebal, datang temanku setengah berlari,
sepertinya ada yang mau dia segera bicarakan.
“berita
pagi…tadi ba’da shubuh hpnya Aziz kesita, gara-gara anak takhasus”
“gimana
ceritanya!” sahut temen sebelahnya
“denger-dengersih
ba’da shubuh anak takhasus lagi ngumpul-ngumpul trus nyetel nasyid
keras-keras..tiba-tiba datang ustad zaid dan kena”
“kok bisa
anak takhasus yang make hpnya mudabir!”Tanya yang lainnya
“mana ku tau”
Ketika itu
tak ada perasaan apa-apa, yang ada hanya aku ingin selimutan karena kedinginan.
Jam 7.00
Waktunya
sarapan. Ketika di tengah jalan kebetulan aku berpapasan dengan ustad zaid yang
memang mau mencariku.
“hpe antum
mana”
“hpe yang
mana”
“cepat… ana
tau antum bawa hpe kepondok.”
Karena ketika
itu belum fres sehingga tingkahku yang panic dan menunjukkan kalo aku membawa
hpe dipondok. Maklum baru bangun tidur.
“ustad tau
darimana ?”merasa heran
“pokoknya
cepat bawa kesini hpenya, jangan memperpanjang masalah”
“trus kalo
hpe ana di antum, bi dijamin kembali gak?”tanyaku
“ana serahkan
kepihak yang berwajib” tegasnya.
“oh ustad
jangan…hpe itu statusnya titip”
“gak usah
banyak banyak alasan…antum jangan buat ana emosi sebelum ana main tangan”.
Aku pikir
ustad ini bukan bagian kesantrian yang tugasnya menyita hpe santri, tpi kok
ngotot mau nyita hpe ana. Kemungkinan besar ini gara-gara hpe yang kesita ba’da
shubuh, dan nomerku ada di hpe itu.
Seandainya
saja yang dia bukan ustad, berantem dulu, jika aku yang menang hpe statusnya
masih milikku tapi kalo dia yang menang bolehlah hpnya diambil. Tapi dia
ustadku…
Memang
peraturan pondok jika hpe yang tersita hukumnya gak akan dikembalikan meskipun
hp mahal sekalipun.
Dan akhirnya
hpe ku telah di tangan ustad.
“ustad ntar
ana mau make sebentar buat telpon umi ana” kataku setengah berteriak
Hanya
anggukan kepala sebagai isyarat dan pergi begitu saja.
Jam 9.30
Aku telpon umi untuk memberi tau kalo hpe ku ini
sudah tersita. Kemudian terjadi kejadian sedikit membuatku lega.
aku kekamar
ustadku tadi untuk ku kembalikan kerena itu statusnya sitaan. Tapi sudah 3 kali
aku ucapkan salam seperti tidak ada tanda-tanda orang didalam.
Kedua kalinya
aku kembali ucapkan salam agak keras plus ketukan pada pintunya. Ada jawaban
tapi bukan ustad zaid, tapi adiknya.
“mana
ustadnya”
“sedang tidur
kak”jawaban polos
“Ooo begitu
ya sudah, syukron” tidak jadi ku kembalikan karena merasa gak enak mengganggu
ustad tidur.
Hp yang
awalnya sudah di tangan ustad kini aku telah aku bawa kembali. Tapi hati ku mengatakan
untuk mengembalikan hp ini nantinya setelah ustadnya bangun.
Tapi untuk
yang ketiga kalinya aku mengembalikan hpku yang statusnya sitaan ternyata
ustadnya sudah pergi ke kota.
Hah.. hpku
gak jadi di sita. Mungkin saja ustadnya lupa. Karena aku masih khawatir
sehingga aku kembali titipkan ketempat penitipan hp.
2 minggu
kemudian
Hati agak
tenang karena ustad itu tidak pernah lagi menanyakan persoalan hp ku yang
pernah disitanya. Dan aku juga berusaha menghindari darinya. Aku lebih senang
lagi karena ustad zaid sebentar lagi akan ke madinah untuk kuliah lagi, berarti
hpeku gak di buru lagi. Tapi takdir
berkata lain, tepat seminggu sebelum keberangkatan ustad zaid ke madinah, ustad
dari kesantrian memanggilku.
“ada apa
denganku”batinku.
“ana dapat
titipan dari ustad zaid, kalo hpe antum di sita, sekarang hpe antum mana?”
“sudah ana
titipkan “
“ke siapa?”
“ustad Anas”
“ustad zaid
bilang kalo hpe antum statusnya sitaan bukan hpe titipan”
“lho gak
bisa!!!”bantahku
“gak…
pokoknya ana hanya menyampaikan pesan dan hpe antum sekarang ana sita”dengan
nada yang tegas.
Hanya pasrah.
Karena ini ustadku apa boleh buat. Entah kenapa semenjak itu aku sadar klo
mentaati peraturan pondok itu sangat penting selama peraturan itu tidak
menyimpang. Walaupun membawa hpe bukan suatu yang tindakan criminal. Jadi taat
itu penting. Pelajaran buat ana dan antum semua yang masih melanggar aturan
pondok. Taat sama peraturan pondok insyaAllah gak ada ruginya.
NB: Tulisan ini didapat dari flasdisc yang tersita saat razia oleh Tim Kesantrian tanpa perubahan.
ki jane crito nen pondok ndi mas brow???
ReplyDeletehttp://adamidriz.blogspot.com/
Pondok di karanganyar yg dikenal juga dengan sebutan Negri Dua Menara,,
ReplyDeleteizin copas to 2 menara ust bro
ReplyDeleteMonggo mase.. disekacaaken.. #tau bener tau enggak tuh bahasa.. :D
ReplyDeleteThis comment has been removed by the author.
ReplyDeletewalaaahh,,,
ReplyDeletepondoke dewek tahh..
Btw Ust Zaid ki sopo? koq gak pernah denger yaa?
Ust, Yazid kui maksute... :D Ketoa santri anyaran ki sing nulis..
ReplyDelete