Saturday, 21 January 2012

YANG PUNYA KAWASAN

by Sukei Darel Aksa on Thursday, February 24, 2011 at 4:33pm
Namanya Suryati, biasa di sapa Mbah Sur. Usianya menurut perhitungan dan analisis yang tidak bisa dipertanggung jawabkan, sekitar 60 tahunan lebih. Tapi gerak-geriknya masih tanpak segar dan lincah walaupun diboboti berat badan yang tidak bisa disebut proposional apa lagi langsing. Suaranya jika dipadu padankan dengan almarhumah Ibu, maka beliau adalah suara duanya layaknya suara penyanyi latar. Jauh sih dari merdu, sebab jika bicara selalu terdengar nyaring, meledak-ledak dan menekan.
Walau begitu, suaranya akan serta merta terdengar indah dan merayu-rayu jika misalnya disautu waktu, tak peduli pagi siang atau sore, dari arah bawah selatan masjid, diperdengarkan suaranya yang pendek dan patah-patah dengan syair yang sangat syahdu, "hey.. cah, ki arep rak bancaane…" atau syair yang lain "iki loh ono panganan, nyoh…". Maka segera akan kami sambut dengan suara gaduh dan derap kaki yang tak sabaran memenuhi panggilan, seolah jangan sampai membuat beliau kecewa dengan menunggu, walupun hanya sedetik.
Beliau adalah sosok pokok yang harus ada jika misalnya anda punya kelompok ibu-ibu yang gemar menyabotase event-event ta'lim mulai dari tingkat RT sampai tingkat Propinsi, dengan persiapan sekenanya, seadanya dan semaunya. Mbah Sur adalah lokomotif penarik gerbong-gerbong bermuatan masa bodoh dan kemalasan menuju lorong semangat dan keyakinan bahwa ini penting dijalani. Dia yang akan paling bersuara keras jika ada ta'lim dimanapun, terutama wilayah jawa tengah. Dialah yang punya kawasan, menciptakan atmosfir  bergengsi, siapa tidak turut ta'lim, brsiaplah  menerima sanksi moral berupa topik hangat bahan diskusi ala ibu-ibu penggemar infotaiment.
Anehnya, emm… mungkin lebih tepat, mengagumkannya, semua itu bukan karena latar belakang Mbah Sur semacam lulusan sarjana ilmu kominikasi atau politik bak tukang kredit kekuasaan yang diobaral murahan kalo pas pemilihan. Bukan. Saya pribadi meragukan beliau pernah makan bangku sekolahan semacam SR pada zamannya. Tapi beliau seolah lem berkualitas tinggi yang ditumpahkan oleh bakat alam ditengah-tengah tumpukan serbuk gergaji sembarang kayu. Mengubahnya menjadi balok keras yang mampu mengganjel roda kereta api sekalipun.
Dan bukan juga karena cipratan karomah dari suaminya yang mantan Kepala Desa dua kali pemilihan atau adiknya yang Kyai kiler sekampung Kalitngah ini. Ini contoh karisma yang unik dan tak biasa, yang datang dari seorang Mbah yang kadang suka lupa pake sandal kemana-mana, yang tak nyaris tak pernah ambil pusing mengantongi uangnya dimana-mana, namun selalu tau tujuannya kemana dan dibelanjakan dimana. Maka tak heran kalau keturunannya adalah anak-anak yang punya kegemaran pada pendidikan. (Pesan moralnya adalah, untuk menciptakan keturunaan yang berpendidikan tak perlu dipersulit dengan menambahkan kriteria lulusan apa, keturunan siapa dan bagaimana untuk calon Ibu anak-anak saya kelak)
Seandainya jiwa seperti mbah Sur terperangkap dalam tubuh seperti Putri Titian dan berada lima langkah didepan rumah, insya Allah saya siap jadi calon mempelainya.. XD…


0 comments:

Post a Comment

Bookmarks

free counters