Kita akan mulai cerita
dengan alkisah. Suatu ketika ada saudagar kaya yang sedang berlibur ke
sebuah pantai di Angola (fakta : Angola tidak punya pantai). Disuatu
pagi dengan niat menikmati udara pagi yang beraroma laut, ia pergi
ajojing sambil mendendangkan sebuah lagu SKJ “97. Tanpa sengaja ia
berpapasan dengan seorang anak nelayan (Darimana ia tahu kalau itu anak
nelayan ? Mudah saja, anak tersebut mengunakan kaos salah satu partai
yang menjanjikan kehidupan nelayan yang lebih baik) yang sedang memungut
bintang-bintang laut yang terdampar semalam. Jumlahnya ada ribuan.
“Doy, onto desparat kreptoma della vanilla cokletocom bro joll ?!” Ananda, apa yang sedang ananda lakukan dengan melempar kembali semua bintang-bintang laut itu ke lautan ? Ujarnya dengan bahasa setempat yang agak kaku.
“Missro ti tanpo dodhoulbu luk.” Menyelamatkannya. Jawabnya datar sambil terus mengembalikan bintang-bintang laut itu kelautan.
“Tapi bukanya sia-sia saja, mereka akan mati sebelum kamu sempat mengembalikan semuanya ke lautan.”
“Mungkin. Tapi tidak untuk yang satu ini.” Jawab si anak nelayan sambil melepar sebuah bintang laut tanpa beban.
Woz, jokbajhai so bwek sye bhellah ? Jadi, pelajaran apa yang bisa kita dapat dari kisah di atas ? Ya, saya dan anda setuju bahwa tak ada yang sia-sia dalam melakukan sesuatu. Apapun itu. Pak Mario Teguh yang super pernah berkata, semua orang adalah orang berhasil. Mereka yang sukses adalah mereka yang sikap dan prilakunya dalam hidup berhasil membuktikan bahwa ia sukses. Dan mereka yang pecundang juga berhasil membuktiklan bahwa sikap dan prilakunya berhasil menjadikan mereka pecundang. (Entah kenapa tiap mendengar kata pecundang saya tersinggung).
Saudaraku yang merindukan kehebatan dalam hidupnya. Sebuah keikhlasan dalam bersikap dan berbuat akan selalu dan pasti membawa pelakunya kedalam pelukan kasih sayang Tuhan yang tak terhingga indah dan manisnya. Seorang briptu Norman Kamaru yang ikhlas dan rela menghibur temannya yang sedang mengalami kesulitan dalam biduk rumah tangganya, diganjar Tuhan dengan menjadi penghibur sejagat Indonesia. Coba renungkan jika yang melakukanya adalah Saipul Jamil tanpa Lah yang melakukanya untuk video clip lagu terbarunya yang berjudul Viking nu Aing dengan budget di bawah 0 rupiah seperti Norman ? Pasti hujatan tak senonoh seperti A**y dan L***y akan datang dari Jakmania, Aremania sampai Ultars Tanggerang.
Nah, siapkah kita menjadi seperti si Kamaru ? Kalau tak cukup mental maka jadilah anda seperti si anak nelayan tadi. Yang ikhlas dan tak perlu banyak beropini untuk mengubah sesuatu menjadi benar adanya. Jangan berharap dunia kamu jadi lebih baik dengan terus menjadikan orang lain sebagai sumbar petaka 2012 dan omongan dan opinimu selalu menjadi seperti aji-aji andalan untuk menangkal sial dan bala di tahun monyet almanak china. Intropeksilah.
“Kamu haram hukumnya menghujat orang yang belum tau agama kalau kamu belum pernah memberinya pengetahuan untuk itu.” Ujar seorang aktifis dakwah. Ya, kadang seperti itulah cerminan buram kita. Berprilaku bak orang suci dari sebuah gua di kutub utara yang merasa perlu menghindar dan menjauh dari pergaulan orang yang dianggapnya rendah nilai kasta prilaku dan pengetahuanya. Lalu kapan sampainya ilmu jika para guru lebih memilih mengajar di sekolah mentereng dari pada di sekolah yang bikin mata jereng. Kemana sampainya pemahaman jika para Ustadz memilih mengisi kajian di lingkungan elit daripada mendekat kepada mereka yang kelaparan dan sakit. Dan apa arti sebual opini idealis dari para aktivis jika hanya berteriak keatas tanpa mengulurkan tangan kepada mereka yang hidup dari lain kolong ke lain teras.
Dunia ini rindu mereka yang berbuat dan mendekat pada apa yang mereka kritisi. Kamu boleh mencaci maki presiden republik tanpa Negara yang menelantarkan rakyatnya. Tapi tanya pada dirimu sendiri apa yang sudah kamu lakukan untuk membantu rakyat yang kamu prihatinkan nasibnya. Sekedar teriak dan bawa spanduk tak pernah cukup. Karena memang presidenya sudah bosan dan rakyat yang kamu bela sudah enggan. Terlalu banyak yang menghujat, hanya sedikit yang berbuat.
Sekarang pada lingkup yang paling kecil dari komponen kehidupan yang parallel ini yang baunya sangat kamu. Jika kamu adalah seorang santri yang merasa jijai margojai dengan kehidupan mereka pemuda GAUL (Gerakan Alay, Unyu dan Lebay), kaum ABABIL (ABG Labil) yang sudah terpolusi sedemikian rupa hingga mencapai titik inkluminasi pada tahap dekadensi moral yang kritis. Berbaurlah sampai kamu bisa rasakan kegalauan mereka, Bantu mereka temukan jatidiri seorang muslim sebenarnya dalam pergaulan mereka. Pegang bahunya dan kuatkan mereka melewati masa-masa sulit remaja yang crush dengan dunianya. Jadilah pilihan teman diantara teman-teman pekatnya pergulan mereka.
Jika kamu adalah pemuda yang resah gelisah gundah gulana dengan kondisi lingkungan yang tak kondusif untuk merekat keimanan. Jangan lari dan sembunyi. Risalah sudah turun dari persembunyian Nabi di gunung cahaya. Saatnya ciptakan kekondusifan harapan. Duduk rapat dalam obrolan mereka, nikmati tegukan kopi pahitnya dan berbagilah pilihan arah yang paling indah.
Bila kamu adalah pasangan muda. Yang merana pada dunia yang menggoda dan tersia-sia. Membuatmu khawatir akan masa depan ananda. Jangan sembunyi dan mengunci pintu rapat. Jadilah cermin paling bening yang menjernihkan dan memantulkan cahaya di tengah keluarga, tetangga dan masyarakatnya. Paling pertama respeklah mendengar keluhan tetangga, paling depan berbarislah dalam gerakan amal shalihnya dan paling lembutlah menolak ketika bid’ah syariat menggoda.
Saudaraku sebangsa dan seagama. Jadilah pilihan dalam perbauran kehidupan. Inilah jalan cinta para pejuang, kata Akh Salim A. Fillah. Dalam dekapan ukhwah yang paling hangat bulir-bulir kebenaran tersampaikan. Jadilah bening walau setetes dalam arus lumpur hitam. Dan tetep begitu. Jadilah seperti ikan di lautan yang tak juga menjadi asin walau sepanjang usia bergelimang di dalamnya. Jadilah, maka jadilah.
Memang benar adanya seperti dalam kutipan sabda Nabi bahwa seseorang itu dinilai dari siapa temannya sehari-hari. Seorang yang berteman dengan pandai besi maka ia kan terkena bau dari besi karatan dan hangus api. Begitu juga dengan orang yang berteman dengan tukang minyak wangi, maka ia kan terkena percikan harumnya bunga-bunga musim semi. Dan di lain teks diberitahukan bahwa berkumpul dengan orang-orang sholeh adalah salah satu dari lima obat hati.
Nah, dapatkah kita ambil inti dari saripati sabda Nabi ? Jika kita seorang yang sudah mengerti satu ayat saja dari agama ini yang indahnya bagai aroma kesturi, maka jadikanlah diri ini seorang penjual minyak wangi yang mendatangi si pandai besi. Jadilah kita seseorang yang mempengaruhi bukan dipengaruhi. Jadilah kita sekelompok orang yang mendatangkan obat hati kepada mereka yang sedang jeri dan lari dari Ilahi.
Akhi, di jalan ini kita berdiri. Jalan di mana para Ambiya, para sahabat dan para ulama menjejakan kaki. Tugas ini adalah tugas siapapun yang mengerti tentang kebajikan walau sezarroh. Amanah ini adalah amanah yang diemban oleh kita yang mengetahui tentang kebenaran walau hanya senoktah. Tuntutan ini adalah tuntan dari Allah kelak bagi siapaun yang memahami risalah walau hanya setitik dari yang ia ketahui. Inilah tugas hidup kita diantara tugas kita mengibadahi-Nya.
Kebenaran mutlak hanya satu sedang jalan mendapatkan dan memberinya ada banyak. Jangan remehkan sebuah jempol (lambang like di Facebook) kita yang kita berikan terhadap status, note atau postingan lain yang berisi tentang kebaikan. Mungkin sepele. Tapi insyaAllah berat timbangannya di sisi Allah. Maka berapa jumlah pahala jika kita yang mempostingnya ? (Jangan dihitung pake kalkulator).
Maka, bicaralah dengan bahasa ‘gue-elu’ tapi jangan bicara kotor dan dusta. Bergaulah dengan mereka tapi jaga adab dan prilakunya. Berwawaasanlah seperti mereka sebagai renungan dan bahan obrolan belaka. Ambilah sikap yang bisa diterima semua kalangan agar sampai apa yang ingin kita sampaikan di semua lapisannya.
Jika bukan kita, SIAPA ?
Bila bukan sekarang, KAPAN ?
Jika bukan begini, BAGAIMANA ?
“Doy, onto desparat kreptoma della vanilla cokletocom bro joll ?!” Ananda, apa yang sedang ananda lakukan dengan melempar kembali semua bintang-bintang laut itu ke lautan ? Ujarnya dengan bahasa setempat yang agak kaku.
“Missro ti tanpo dodhoulbu luk.” Menyelamatkannya. Jawabnya datar sambil terus mengembalikan bintang-bintang laut itu kelautan.
“Tapi bukanya sia-sia saja, mereka akan mati sebelum kamu sempat mengembalikan semuanya ke lautan.”
“Mungkin. Tapi tidak untuk yang satu ini.” Jawab si anak nelayan sambil melepar sebuah bintang laut tanpa beban.
Woz, jokbajhai so bwek sye bhellah ? Jadi, pelajaran apa yang bisa kita dapat dari kisah di atas ? Ya, saya dan anda setuju bahwa tak ada yang sia-sia dalam melakukan sesuatu. Apapun itu. Pak Mario Teguh yang super pernah berkata, semua orang adalah orang berhasil. Mereka yang sukses adalah mereka yang sikap dan prilakunya dalam hidup berhasil membuktikan bahwa ia sukses. Dan mereka yang pecundang juga berhasil membuktiklan bahwa sikap dan prilakunya berhasil menjadikan mereka pecundang. (Entah kenapa tiap mendengar kata pecundang saya tersinggung).
Saudaraku yang merindukan kehebatan dalam hidupnya. Sebuah keikhlasan dalam bersikap dan berbuat akan selalu dan pasti membawa pelakunya kedalam pelukan kasih sayang Tuhan yang tak terhingga indah dan manisnya. Seorang briptu Norman Kamaru yang ikhlas dan rela menghibur temannya yang sedang mengalami kesulitan dalam biduk rumah tangganya, diganjar Tuhan dengan menjadi penghibur sejagat Indonesia. Coba renungkan jika yang melakukanya adalah Saipul Jamil tanpa Lah yang melakukanya untuk video clip lagu terbarunya yang berjudul Viking nu Aing dengan budget di bawah 0 rupiah seperti Norman ? Pasti hujatan tak senonoh seperti A**y dan L***y akan datang dari Jakmania, Aremania sampai Ultars Tanggerang.
Nah, siapkah kita menjadi seperti si Kamaru ? Kalau tak cukup mental maka jadilah anda seperti si anak nelayan tadi. Yang ikhlas dan tak perlu banyak beropini untuk mengubah sesuatu menjadi benar adanya. Jangan berharap dunia kamu jadi lebih baik dengan terus menjadikan orang lain sebagai sumbar petaka 2012 dan omongan dan opinimu selalu menjadi seperti aji-aji andalan untuk menangkal sial dan bala di tahun monyet almanak china. Intropeksilah.
“Kamu haram hukumnya menghujat orang yang belum tau agama kalau kamu belum pernah memberinya pengetahuan untuk itu.” Ujar seorang aktifis dakwah. Ya, kadang seperti itulah cerminan buram kita. Berprilaku bak orang suci dari sebuah gua di kutub utara yang merasa perlu menghindar dan menjauh dari pergaulan orang yang dianggapnya rendah nilai kasta prilaku dan pengetahuanya. Lalu kapan sampainya ilmu jika para guru lebih memilih mengajar di sekolah mentereng dari pada di sekolah yang bikin mata jereng. Kemana sampainya pemahaman jika para Ustadz memilih mengisi kajian di lingkungan elit daripada mendekat kepada mereka yang kelaparan dan sakit. Dan apa arti sebual opini idealis dari para aktivis jika hanya berteriak keatas tanpa mengulurkan tangan kepada mereka yang hidup dari lain kolong ke lain teras.
Dunia ini rindu mereka yang berbuat dan mendekat pada apa yang mereka kritisi. Kamu boleh mencaci maki presiden republik tanpa Negara yang menelantarkan rakyatnya. Tapi tanya pada dirimu sendiri apa yang sudah kamu lakukan untuk membantu rakyat yang kamu prihatinkan nasibnya. Sekedar teriak dan bawa spanduk tak pernah cukup. Karena memang presidenya sudah bosan dan rakyat yang kamu bela sudah enggan. Terlalu banyak yang menghujat, hanya sedikit yang berbuat.
Sekarang pada lingkup yang paling kecil dari komponen kehidupan yang parallel ini yang baunya sangat kamu. Jika kamu adalah seorang santri yang merasa jijai margojai dengan kehidupan mereka pemuda GAUL (Gerakan Alay, Unyu dan Lebay), kaum ABABIL (ABG Labil) yang sudah terpolusi sedemikian rupa hingga mencapai titik inkluminasi pada tahap dekadensi moral yang kritis. Berbaurlah sampai kamu bisa rasakan kegalauan mereka, Bantu mereka temukan jatidiri seorang muslim sebenarnya dalam pergaulan mereka. Pegang bahunya dan kuatkan mereka melewati masa-masa sulit remaja yang crush dengan dunianya. Jadilah pilihan teman diantara teman-teman pekatnya pergulan mereka.
Jika kamu adalah pemuda yang resah gelisah gundah gulana dengan kondisi lingkungan yang tak kondusif untuk merekat keimanan. Jangan lari dan sembunyi. Risalah sudah turun dari persembunyian Nabi di gunung cahaya. Saatnya ciptakan kekondusifan harapan. Duduk rapat dalam obrolan mereka, nikmati tegukan kopi pahitnya dan berbagilah pilihan arah yang paling indah.
Bila kamu adalah pasangan muda. Yang merana pada dunia yang menggoda dan tersia-sia. Membuatmu khawatir akan masa depan ananda. Jangan sembunyi dan mengunci pintu rapat. Jadilah cermin paling bening yang menjernihkan dan memantulkan cahaya di tengah keluarga, tetangga dan masyarakatnya. Paling pertama respeklah mendengar keluhan tetangga, paling depan berbarislah dalam gerakan amal shalihnya dan paling lembutlah menolak ketika bid’ah syariat menggoda.
Saudaraku sebangsa dan seagama. Jadilah pilihan dalam perbauran kehidupan. Inilah jalan cinta para pejuang, kata Akh Salim A. Fillah. Dalam dekapan ukhwah yang paling hangat bulir-bulir kebenaran tersampaikan. Jadilah bening walau setetes dalam arus lumpur hitam. Dan tetep begitu. Jadilah seperti ikan di lautan yang tak juga menjadi asin walau sepanjang usia bergelimang di dalamnya. Jadilah, maka jadilah.
Memang benar adanya seperti dalam kutipan sabda Nabi bahwa seseorang itu dinilai dari siapa temannya sehari-hari. Seorang yang berteman dengan pandai besi maka ia kan terkena bau dari besi karatan dan hangus api. Begitu juga dengan orang yang berteman dengan tukang minyak wangi, maka ia kan terkena percikan harumnya bunga-bunga musim semi. Dan di lain teks diberitahukan bahwa berkumpul dengan orang-orang sholeh adalah salah satu dari lima obat hati.
Nah, dapatkah kita ambil inti dari saripati sabda Nabi ? Jika kita seorang yang sudah mengerti satu ayat saja dari agama ini yang indahnya bagai aroma kesturi, maka jadikanlah diri ini seorang penjual minyak wangi yang mendatangi si pandai besi. Jadilah kita seseorang yang mempengaruhi bukan dipengaruhi. Jadilah kita sekelompok orang yang mendatangkan obat hati kepada mereka yang sedang jeri dan lari dari Ilahi.
Akhi, di jalan ini kita berdiri. Jalan di mana para Ambiya, para sahabat dan para ulama menjejakan kaki. Tugas ini adalah tugas siapapun yang mengerti tentang kebajikan walau sezarroh. Amanah ini adalah amanah yang diemban oleh kita yang mengetahui tentang kebenaran walau hanya senoktah. Tuntutan ini adalah tuntan dari Allah kelak bagi siapaun yang memahami risalah walau hanya setitik dari yang ia ketahui. Inilah tugas hidup kita diantara tugas kita mengibadahi-Nya.
Kebenaran mutlak hanya satu sedang jalan mendapatkan dan memberinya ada banyak. Jangan remehkan sebuah jempol (lambang like di Facebook) kita yang kita berikan terhadap status, note atau postingan lain yang berisi tentang kebaikan. Mungkin sepele. Tapi insyaAllah berat timbangannya di sisi Allah. Maka berapa jumlah pahala jika kita yang mempostingnya ? (Jangan dihitung pake kalkulator).
Maka, bicaralah dengan bahasa ‘gue-elu’ tapi jangan bicara kotor dan dusta. Bergaulah dengan mereka tapi jaga adab dan prilakunya. Berwawaasanlah seperti mereka sebagai renungan dan bahan obrolan belaka. Ambilah sikap yang bisa diterima semua kalangan agar sampai apa yang ingin kita sampaikan di semua lapisannya.
Jika bukan kita, SIAPA ?
Bila bukan sekarang, KAPAN ?
Jika bukan begini, BAGAIMANA ?
0 comments:
Post a Comment